Beranda > Artikel > Alergi Dingin pada Bayi: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mengobatinya

Alergi Dingin pada Bayi: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mengobatinya

alergi dingin pada bayi

Seorang bayi dapat mempunyai alergi pada beberapa hal, seperti makanan, obat-obatan tertentu, termasuk udara dingin. Alergi sendiri merupakan reaksi atau respons dari sistem kekebalan tubuh terhadap alergen (zat yang menyebabkan alergi) yang masuk. Reaksi alergi memicu sel kekebalan tubih mengeluarkan histamin, yaitu zat yang bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala-gejala alergi itu sendiri. Kulit merupakan organ yang mudah terdampak reaksi ini, di samping juga dapat muncul gejala pada mata, asma, dan organ-organ lainnya. Alergi dingin banyak ditemukan pada anak dan dewasa muda, setelah tubuh terpapar udara dingin dengan angka kejadian mencapai 0,05%. 

Gejala Alergi Dingin pada Bayi 

Meskipun udara dingin merupakan penyebab utama dan paling sering dari munculnya gejala alergi, paparan terhadap makanan atau minuman dingin dan kulit yang terkena air dingin juga tidak jarang ditemukan. Gejala alergi dingin ini pada bayi, atau yang juga dikenal dengan sebutan cold urticaria, dapat bervariasi dari gejala ringan sampai berat, yaitu: 

1. Biduran 

Munculnya bercak kemerahan yang sedikit lebih tinggi dibanding kulit sekitarnya, setelah terpapar udara atau benda dingin, merupakan gejala utama yang ditemukan. 

2. Gatal di kulit 

Reaksi alergi pasca paparan suhu dingin memicu pelepasan histamin yang dapat menimbulkan rasa gatal di kulit. 

3. Rasa panas di area alergi saat suhu mulai menghangat 

Rasa seperti terbakar di area kulit yang terpapar dapat muncul saat suhu sekitar mulai menghangat. 

Baca Juga: Macam-macam Alergi pada Kulit Bayi

4. Bengkak 

Apabila makanan atau minuman dengan suhu dingin mengenai tangan atau bibir dapat menimbulkan bengkak di sekitarnya dan juga gatal. 

5. Hidung buntu 

Reaksi alergi dingin tidak hanya dapat terjadi pada kulit, namun juga di konka hidung. Hal ini memicu pembengkakan konka dan area sekitarnya sehingga hidung menjadi buntu. Selain itu adanya pelebaran pembuluh darah juga turut berkontribusi pada kondisi ini. 

Baca Juga: Alergi Makanan pada Bayi: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Penanganannya

6. Sesak nafas 

Bengkak yang terjadi di lidah dan sekitar tenggorokan dapat menyumbat jalan nafas dan menimbulkan hambatan masuknya oksigen ke paru-paru sehingga bayi dapat menjadi sesak. 

7. Reaksi alergi berat 

Anafilaksis merupakan reaksi alergi paling berat dan menyebabkan bengkak di seluruh tubuh, denyut nadi dan laju nafas bertambah cepat, kulit tangan dan kaki dingin, bahkan dapat menyebabkan penurunan kesadaran yang dapat berakibat fatal. 

PHR

Penyebab dan Faktor Risiko Alergi Dingin pada Bayi 

Hingga saat ini penyebab pasti alergi dingin belum diketahui. Beberapa studi menunjukan adanya kulit yang sensitif terhadap perubahan suhu. Namun ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kondisi ini seperti: 

1. Mempunyai bentuk alergi yang lain 

Suatu alergi pada seseorang dapat muncul dalam bentuk beragam, seperti gatal dan muncul ruam di kulit, asma, mata bengkak dan berair, dan sebagainya. Adanya satu jenis alergi pada seseorang membuat orang tersebut juga rentan timbul bentuk alergi yang lain, misalnya mempunyai alergi makanan atau lateks. Bentuk alergi yang lain yang cukup banyak ditemukan pada bayi dengan alergi dingin adalah konjungtivitis alergi (alergi pada mata), rhinitis alergi (alergi pada hidung), dan asma. 

2. Riwayat keluarga dengan alergi 

Orang tua dengan alergi mempunyai risiko lebih besar untuk mempunyai keturunan dengan alergi, di mana manifestasi alergi tersebut bisa sama namun juga dapat berbeda. Orang tua dengan riwayat asma dapat mempunyai bayi dengan alergi pada kulit (dermatitis atopik) atau pada mata (konjungtivitis alergi). 

Baca Juga: 7 Ciri-Ciri Alergi Susu Formula pada Bayi dan Cara Menanganinya

Pengobatan Alergi Dingin pada Bayi 

Sama seperti jenis alergi yang lain, untuk mencegah timbulnya gejala alergi dingin adalah dengan menghindari pencetusnya semaksimal mungkin. Dengan menggunakan pakaian hangat atau patch untuk menghangatkan tubuh pada suhu dingin dan menghindari konsumsi makanan dingin. 

Gejala alergi yang ringan dapat membaik dengan sendirinya, namun pada beberapa kasus diperlukan bantuan konsumsi obat seperti: 

1. Antihistamin dan steroid 

Penggunaan obat golongan antihistamin dan steroid, dapat memperbaiki gejala alergi yang muncul seperti biduran, mata bengkak, hidung berair, dan sebagainya. Pada gejala ringan dapat diberikan dalam bentuk sediaan obat minum, dan pada gejala yang lebih berat dapat diberkan secara suntikan. 

2. Dekongestan 

Penggunaan dekongestan diperuntukan untuk bayi dengan gejala alergi dingin yang muncul bersamaan dengan hidung buntu. Penggunaan dekongestan baik dengan obat tetes atau semprot hidung dan obat minum dapat membantu meredakan gejala. 

3. Nebulisasi 

Alergi dingin yang mencetuskan asma dan sesak nafas memerlukan bantuan nebulisasi untuk melonggarkan jalan nafas dan mengurangi gejala. 

Reaksi alergi yang sangat berat seperti anafilaksis seringkali membutuhkan perawatan di ruang intensif rumah sakit dengan pengawasan ketat. 

Pencegahan Alergi Dingin pada Bayi  

Selain pengobatan, cara yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah dan mengurangi gejala alergi dingin antara lain: 

  • Menggunakan baju hangat, syal, atau jaket apabila akan beraktivitas pada suhu dingin, seperti ruang ber-AC atau cuaca dingin. 
  • Tidak berenang di kolam dengan air dingin, karena paparan terus menerus dapat memperburuk gejala alergi. 
  • Minum dan makan hidangan hangat dan mengurangi konsumsi es. 

 

Artikel Ditulis Oleh:
dr. Eduard Leonid

dr.Eduard Leonid

dr. Eduard Leonid adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Penulis saat ini bekerja sebagai dokter tetap di RS SMC Telogorejo Semarang.

  1. Kulthanan, K., Hunnangkul, S., Tuchinda, P., Chularojanamontri, L., Weerasubpong, P., Subchookul, C., & Maurer, M. (2019). Treatments of cold urticaria: A systematic review. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 143(4), 1311–1331. https://doi.org/10.1016/j.jaci.2019.02.005 
  2. Maltseva, N., Borzova, E., Fomina, D., Bizjak, M., Terhorst‐Molawi, D., Košnik, M., Kulthanan, K., Meshkova, R., Thomsen, S. F., & Maurer, M. (2021). Cold urticaria – What we know and what we do not know. Allergy, 76(4), 1077–1094. https://doi.org/10.1111/all.14674 
  3. Mayo Clinic. (2021, December 15). Cold urticaria. Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cold-urticaria/symptoms-causes/syc-20371046 
  4. Prosty, C., Gabrielli, S., Le, M., Ensina, L. F., Zhang, X., Netchiporouk, E., & Ben-Shoshan, M. (2022). Prevalence, Management, and Anaphylaxis Risk of Cold Urticaria: A Systematic Review and Meta-Analysis. The Journal of Allergy and Clinical Immunology: In Practice, 10(2), 586-596.e4. https://doi.org/10.1016/j.jaip.2021.10.012 
  5. Silver, N. (2019, August 26). Can You Be Allergic to the Cold? Healthline. https://www.healthline.com/health/cold-allergy 
  6. Stepaniuk, P., Vostretsova, K., & Kanani, A. (2018). Review of cold-induced urticaria characteristics, diagnosis and management in a Western Canadian allergy practice. Allergy, Asthma, and Clinical Immunology : Official Journal of the Canadian Society of Allergy and Clinical Immunology, 14, 85. https://doi.org/10.1186/s13223-018-0310-5

Bagikan ke orang terdekat anda

Baca juga :

We will contact you shortly

Thank you for contacting the Carevo team, our team will

immediately contact you with related topics