
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Alergi susu sapi termasuk salah satu jenis alergi makanan, yaitu reaksi alergi yang timbul pada bayi setelah mengkonsumsi jenis makanan tertentu. Alergi ini disebabkan adanya reaksi akibat paparan protein yang terkandung di dalam susu sapi. Kejadian alergi susu sapi pada bayi cukup sering ditemukan, dengan pervalensi antara 0,5 sampai 4,9% dari populasi, dan terkadang juga ditemukan bersamaan dengan bentuk alergi yang lain seperti alergi debu atau asma dan sebagainya, atau dengan jenis makanan lain seperti telur atau hidangan laut (seafood). Adanya alergi makanan termasuk susu sapi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi mengingat banyaknya nutrisi yang terkandung di dalamnya.
Pada dasarnya gejala alergi susu sapi mirip dengan alergi makanan pada umumnya dan dapat bervariasi dari gejala ringan hingga berat, seperti:
Histamin yang dilepaskan akibat paparan alergen dapat menimbulkan reaksi peradangan dan menyebabkan rasa gatal dan kemerahan di kulit.
Reaksi alergi di kulit dapat menyebabkan bentol-bentol kemerahan dan membentuk seperti pulau (urtikaria). Bentol-bentol dapat muncul di satu bagian tubuh atau menyebar ke seluruh tubuh.
Reaksi alergi pada mata menyebabkan penumpukan cairan sehingga kelopak mata menjadi bengkak. Gejala mata bengkak dapat ringan sampai berat hingga mata sulit dibuka. Bibir yang mempunyai lapisan yang tipis juga mudah bengkak akibat penumpukan cairan ini.
Paparan alergen di saluran pencernaan bayi dapat menimbulkan gejala di usus dan menyebabkan muntah atau diare. Pada kondisi yang lebih berat dapat ditemukan darah pada feses. Selain itu rasa tidak nyaman di perut juga dapat membuat bayi menjadi sulit makan. Namun perlu diperhatikan bahwa gejala muntah dan diare yang disebabkan alergi hanya muncul apabila memakan makanan tertentu. Terkadang diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membantu menyingkirkan kemungkinan penyebab lain seperti infeksi atau keracunan makanan.
Asma merupakan salah satu manifestasi alergi yang cukup sering dijumpai. Adanya reaksi peradangan (inflamasi) akibat alergi di saluran nafas dan paru membuat saluran nafas menyempit sehingga menimbulkan bunyi mengi saat bernafas.
Penyempitan saluran nafas akibat reaksi alergi yang hebat menyebabkan udara sulit masuk ke dalam paru, sehingga oksigen juga tidak dapat masuk ke dalam darah dan mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen. Akibat proses ini membuat bayi menjadi sesak dan membutuhkan bantuan oksigen.
Anafilaktik merupakan reaksi alergi yang sangat berat. Kondisi ini ditandai dengan denyut nadi yang lemah dan sangat cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Anafilaktik yang tidak tertangani dapat berakibat fatal.
Baca Juga: Manfaat Minum Susu Malam Hari Sebelum Tidur
Faktor risiko bayi mempunyai alergi susu sapi antara lain:
ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat baik dan mengandung beragam manfaat. Studi menunjukan bayi yang mendapatkan ASI. Beberapa studi menunjukan bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko 4x lebih besar untuk mempunyai alergi.
Gejala alergi pada seseorang dapat muncul dalam bentuk beragam, seperti gatal dan muncul ruam di kulit, asma, mata bengkak dan berair, dan sebagainya. Adanya satu jenis alergi pada seseorang membuat orang tersebut juga rentan timbul bentuk alergi yang lain, misalnya mempunyai alergi makanan atau lateks.
Orang tua dengan alergi mempunyai risiko lebih besar untuk mempunyai bayi dengan alergi, di mana manifestasi alergi tersebut bisa sama namun juga dapat berbeda. Orang tua dengan riwayat asma dapat mempunyai bayi dengan alergi makanan atau alergi dengan penyebab yang lain.
Baca Juga: Manfaat Susu Kedelai bagi Kesehatan
Langkah utama penanganan alergi adalah eliminasi penyebab reaksi alergi tersebut. Dalam hal alergi susu sapi maka menghindari konsumsi susu sapi atau produknya merupakan pencegahan utama. Namun perlu dipertimbangkan kebutuhan nutrisi bayi terkait dengan tumbuh kembangnya. Selalu berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan pola dan jenis makan yang cocok seperti mengganti susu sapi dengan susu soya atau susu yang terhidrolisasi. Apabila diperlukan dapat ditambahkan konsumsi suplemen vitamin dan mineral seperti kalsium dan vitamin D.
Penanganan gejala alergi yang muncul pada bayi meliputi:
Penggunaan obat golongan antihistamin dan steroid, dapat memperbaiki gejala alergi yang muncul seperti mata bengkak, hidung berair, urtikaria, dan sebagainya. Pada gejala ringan dapat diberikan dalam bentuk sediaan obat minum, dan pada gejala yang lebih berat dapat diberkan secara suntikan.
Gejala alergi pada sistem pencernaan bayi dapat mengganggu penyerapan makanan sehingga diperlukan pemberian obat antimuntah dan diare, sesuai dengan petunjuk dokter.
Alergi makanan yang mencetuskan asma dan sesak nafas memerlukan bantuan nebulisasi untuk melonggarkan jalan nafas dan meredakan gejala, dengan atau tanpa tambahan oksigen.
Apabila gejala alergi muncul pada bayi yang masih mendapatkan ASI, dapat dipertimbangkan agar ibu menghindari konsumsi susu sapi saat masih memberikan ASI, dan disesuaikan dengan petunjuk dokter.
Baca Juga: Manfaat Susu Kambing bagi Kesehatan
Prognosis atau tingkat kesembuhan alergi susu sapi terbilang cukup baik di mana hampir 50% anak dapat membentuk toleransi yang cukup pada usia 1 tahun, dan semakin meningkat seiring bertambahnya usia anak di mana pada usia 6 tahun toleransi mencapai 90% kasus. Namun demikian ada anak yang tetap mempunyai alergi ini hingga dewasa (persistant milk allergy) dan membutuhkan bantuan dokter atau ahli gizi agar kebutuhan nutrisi untuk tumbuh kembangnya tetap terpenuhi.
dr. Eduard Leonid adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Penulis saat ini bekerja sebagai dokter tetap di RS SMC Telogorejo Semarang.
ASCIA. (2022). Cow’s Milk (Dairy) Allergy. ASCIA. https://www.allergy.org.au/patients/food-allergy/cows-milk-dairy-allergy
Edwards CW, Younus MA. Cow Milk Allergy. [Updated 2022 Jun 27]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542243/
Mayo Clinic. (2022, June 16). Milk allergy. Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/milk-allergy/symptoms-causes/syc-20375101
Robbins, K. A., Wood, R. A., & Keet, C. A. (2020). Persistent cow’s milk allergy is associated with decreased childhood growth: A longitudinal study. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 145(2), 713-716.e4. https://doi.org/10.1016/j.jaci.2019.10.028
Sardecka, I., Łoś-Rycharska, E., Ludwig, H., Gawryjołek, J., & Krogulska, A. (2018). Early risk factors for cow’s milk allergy in children in the first year of life. Allergy and Asthma Proceedings, 39(6), e44–e54. https://doi.org/10.2500/aap.2018.39.4159
Vandenplas, Y., Brough, H. A., Fiocchi, A., Miqdady, M., Munasir, Z., Salvatore, S., Thapar, N., Venter, C., Vieira, M. C., & Meyer, R. (2021). Current Guidelines and Future Strategies for the Management of Cow’s Milk Allergy. Journal of Asthma and Allergy, Volume 14, 1243–1256. https://doi.org/10.2147/JAA.S276992
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics