
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Amblyopia merupakan penyebab penurunan tajam penglihatan yang paling sering ditemukan pada anak dan diperkirakan menjadi penyebab utama penurunan tajam penglihatan pada orang yang berusia kurang dari 60 tahun. Sebuah artikel penelitian terbaru memperkirakan 99,2 juta orang dengan amblyopia pada tahun 2019 di seluruh dunia, meningkat menjadi 175,2 juta orang pada tahun 2030 dan 221,9 juta orang pada tahun 2040.
Amblyopia dikenal juga dengan istilah “mata malas” (lazy eye) dan tidak dapat sembuh dengan sendirinya, apalagi jika tidak diobati nantinya dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada satu mata yang sehat itu timbul suatu penyakit ataupun cedera, maka penderita akan bergantung pada penglihatan buruk satu mata yang amblyopia, oleh karena itu amblyopia harus ditatalaksana secepat mungkin.
Amblyopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan). Amblyopia adalah kondisi penurunan tajam penglihatan pada satu mata atau kedua mata walaupun dengan koreksi tajam penglihatan terbaik (best corrected visual acuity), yang tidak berhubungan dengan kelainan struktural posisi dan bentuk mata ataupun saraf penglihatan. Secara klinis, seseorang dapat dikatakan amblyopia apabila terdapat perbedaan tajam penglihatan terkoreksi terbaik sebesar dua baris atau lebih antara kedua mata pada pemeriksaan dokter.
Penderita amblyopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihatan yang dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu menunjukan hasil yang tidak normal dan menjadi patokan dokter dalam menegakkan diagnosa amblyopia. Telah diketahui bahwa penderita amblyopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang berdiri sendiri, hal ini disebut ”Crowding Phenomenon”.
Baca Juga: 3 Cara Mengatasi Gigi Ngilu Setelah Scaling
Penyebab amblyopia dapat dibagi sebagai berikut:
Beberapa studi terbaru menunjukkan kejadian amblyopia lebih banyak terjadi akibat kelainan fungsi penglihatan (refraktif) yaitu anisometropia dan isometropia. Anisometropia lebih dari 1 D (dioptri) pada penderita hiperopia dan 2,5 D pada penderita miopia dapat menyebabkan amblyopia dan penurunan kemampuan penglihatan kedua mata.
Faktor risiko amblyopia antara lain :
Baca Juga: Moluskum Kontagiosum: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
Semakin mendalam atau parah gangguan penglihatannya, maka semakin parah amblyopia yang dihasilkan. Tujuh tahun pertama dalam kehidupan merupakan waktu yang sangat penting dalam perkembangan fungsi penglihatan, dan beberapa tahun pertama atau bahkan berbulan-bulan pertama kehidupan adalah waktu yang paling kritis. Jika tidak diberikan terapi atau tatalaksana secara cepat, maka akan semakin sulit untuk mengembalikan gangguan amblyopia tersebut ke arah normal. Hal tersebut diakibatkan karena pada awal gangguan penglihatan akan ada perubahan secara permanen pada struktur anatomi di jalur visual magnocellular (M) dan parvocellular (P).
Tatalaksana yang tepat diberikan oleh ahli bedah adalah operasi katarak mononuclear kongenital sejak awal, biasanya seminggu setelah ditemukan adanya gangguan. Apabila terdapat katarak kongenital dapat menyebabkan amblyopia permanen. Jika kepadatannya sama seperti katarak kongenital akan lebih fleksibel dan biasanya terapi dapat dilakukan beberapa minggu setelahnya.
Koreksi Kelainan Refraksi merupakan salah satu terapi yang telah dilakukan pengujian efektivitas terapi amblyopia pada anak usia 3-17 tahun dan diuji secara klinis oleh Pediatric Eye Disease (PEDIG). Terapi koreksi dapat dilakukan dengan pemberian atau penggunaan kacamata atau lensa kontak, dan jika tidak bersedia maka dapat dianjurkan untuk dilakukan operasi refraktif. Terapi ini dilakukan penilaian selama 16-18 minggu setelah pemakaian, dilihat apakah ada perbaikan atau tidak.
Baca Juga: Tracheoesophageal Fistula : Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
Terapi Oklusi atau Patching merupakan terapi yang sudah cukup lama dikenal sebagai terapi amblyopia satu sisi (unilateral). Terapi ini dianggap paling aman karena tidak memberikan efek samping sistemik, efektif, dan biayanya terjangkau. Cara kerja dari terapi ini adalah dengan menutup mata yang sehat menggunakan penutup mata (patch), sehingga mata yang mengalami amblyopia akan dirangsang untuk fokus dan menginterpretasikan gambar. Untuk efektifitas dari terapi ini bergantung pada derajat keparahan amblyopia yang diderita. Berdasarkan studi PEDIG mengenai efektivitas dari terapi oklusi, dipaparkan bahwa pasien yang mengalami amblyopia derajat sedang dapat diberikan terapi mata selama 2 jam per hari yang hasilnya sama dengan terapi mata selama 6 jam per hari. Sedangkan pada amblyopia derajat berat terapi oklusi selama 6 jam per hari sama efektifnya dengan oklusi mata penuh selama 4 bulan. Jika tidak ada peningkatan atau perbaikan visus pada mata yang mengalami amblyopia, maka durasi terapinya dapat ditingkatkan.
Penalisasi adalah terapi yang menggunakan teknik pengaburan penglihatan pada mata sehat menggunakan obat, manipulasi kacamata, atau keduanya, dengan tujuan merangsang mata yang mengalami amblyopia. Saat dilakukan penalisasi, maka akan diberikan tetes mata atropin 1%. Mekanisme kerja dari atropin 1% adalah dengan menghambat sejenak saraf parasimpatis otot siliari dan pupil pada mata, sehingga tidak terjadinya akomodasi dan dilatasi (pelebaran) pada pupil. Namun terapi secara farmakologis ini dapat memberikan efek seperti demam, berdebar, kulit kemerahan, gelisah dan bahkan kejang.
Selalu jaga kesehatan anda, dan catat gejalanya dengan Aplikasi Personal Health Record dari Carevo.
Artikel Ditulis Oleh:
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics