
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Anthrax merupakan salah satu penyakit zoonosis yang biasanya menyerang hewan ternak, namun juga bisa menyerang hewan liar. Penyakit ini disebabkan bakteri Bacillus anthracis, yang menghasilkan spora dan menginfeksi hewan.
B. anthracis tumbuh di tanah yang terkontaminasi dan dapat menginfeksi hewan yang kontak dengan tanah atau air di area tersebut. Anthrax ditularkan ke manusia melalui konsumsi daging yang terkontaminasi atau produk hewan lainnya seperti bulu domba, wol, atau tulang. Hingga saat ini belum ditemukan adanya bukti ilmiah terkait penularan anthrax dari manusia ke manusia secara langsung (direct human to human transmission).
Penyakit anthrax sebenarnya sudah ditemukan sejak tahun 1700-1800, karena para dokter sudah melihat adanya hubungan antara suatu penyakit, yang di kemudian hari dikenal sebagai anthrax, dan industri bulu hewan. Penelitian-penelitian selanjutnya melalui pemeriksaan darah, ditemukan adanya bentukan bakteri berbentuk batang pada setiap darah orang yang terinfeksi dan kemudian diberi nama Bacillus anthracis.
Perkembangan ilmu pengetahuan mendorong Louis Pasteur melakukan penelitian dan menemukan vaksin yang diberikan untuk hewan. Dari 50 hewan dalam penelitiannya, 25 hewan diberikan 2 dosis vaksin yang dibuat dari bakteri yang dilemahkan. Setelah disuntikkan bakteri anthrax, 25 hewan yang telah mendapat vaksin berhasil selamat, sedangkan 25 sisanya mati. Dengan adanya penelitian awal oleh Louis Pasteur ini membuat perkembangan vaksin semakin cepat dan terjadi penurunan signifikan kasus anthrax pada hewan dan manusia.
Wabah penyakit anthrax pernah terjadi beberapa kali baik di dunia maupun di Indonesia secara khusus. Bahkan pada tahun 2001 bakteri ini pernah digunakan untuk bioterorisme di Amerika Serikat dan membunuh 5 orang serta menjangkiti 17 orang lainnya. Beberapa kasus anthrax bermunculan secara sporadik di Indonesia di beberapa area pada tahun 2019..
Penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia ini mempunyai beberapa manifestasi gejala, yaitu:
Cutaneous anthrax merupakan gejala penyakit anthrax yang menyerang kulit manusia. Penyakit ini ditandai dengan munculnya lesi kulit berwarna kehitaman dengan sel-sel mati di tengahnya dan tidak nyeri (painless). Lesi kulit ini di kelilingi vesikel (plentingan seperti cacar) dan dapat dijumpai pembengkakan di sekitarnya.
Bakteri anthrax masuk ke kulit manusia melalui luka yang tidak dirawat dengan baik dan terkontaminasi. Pekerja yang menangani daging atau bulu hewan yang terpapar sangat berisiko terinfeksi juga bila tidak menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
Cutaneous anthrax merupakan bentuk anthrax yang paling sering ditemui dan biasanya muncul dalam 1-7 hari setelah terpapar bakteri. Daerah yang banyak diserang terutama di kepala, leher, dan tangan. Penularan dapat terjadi bila ada kontak langsung dengan kulit dan cairan lesi dari pasien.
Baca Juga: Dobutamin adalah: Fungsi, Manfaat, serta Penggunaannya
Gastrointestinal anthrax adalah penyakit anthrax yang menyerang sistem saluran pencernaan manusia. Ditandai dengan gejala-gejala seperti:
Kondisi ini dapat dialami oleh orang yang memakan daging hewan yang terinfeksi anthrax yang tidak diolah dengan baik, baik makan daging mentah maupun kurang matang (raw and undercooked).
Inhalation anthrax, yaitu anthrax yang menyerang sistem pernafasan manusia, merupakan manifestasi gejala anthrax yang paling berat. Gejala dapat muncul dalam 1 minggu setelah paparan, namun pada beberapa kasus ditemukan muncul setelah 2 bulan. Tanpa terapi agresif, hanya 10-15% pasien dapat sembuh.
Gejala inhalation anthrax yaitu:
Inhalation anthrax dapat dialami oleh orang yang menghirup spora bakteri, terutama pekerja di rumah potong hewan atau industri pengolahan bulu domba (woolsorters’ disease) yang terkontaminasi bakteri.
Baca Juga: Azoospermia: Pengertian, Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Mengobatinya
Injection anthrax muncul akibat paparan bakteri anthrax melalui jarum suntik. Biasanya dialami pada penyalahgunaan narkoba, dengan menyuntikkan obat dari jarum suntik yang terkontaminasi. Kasus injection anthrax ini baru dilaporkan dari benua Eropa.
Gejalanya mirip dengan cutaneous anthrax namun melibatkan bagian kulit yang lebih dalam dan dapat menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh sehingga cukup sulit dikenali. Hal ini dapat membuat pasien jatuh dalam kondisi syok dan gagal organ.
Diagnosis anthrax dapat ditegakkan dengan pemeriksaan awal seperti gejala pasien, adanya lesi kulit dan pembengkakan kelenjar, disertai dengan adanya riwayat paparan pada hewan ternak yang telah diketahui atau dicurigai terserang anthrax.
Pemeriksaan darah dan cairan lesi kulit dengan pewarnaan Gram dapat dilakukan untuk mencari ada tidaknya Bacillus anthracis.
Terapi utama anthrax adalah pemberian antibiotik yang dapat diberikan dengan satu jenis obat maupun kombinasi beberapa jenis obat antibiotik. Di samping itu juga dapat diberikan obat-obatan untuk meredakan gejala seperti demam,, batuk, dan diare, disesuaikan dengan kondisi setiap pasien dan jenis penyakit anthrax yang dialami.
Baca Juga: Autism Spectrum Disorder: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah tertular penyakit ini:
Penulis
dr. Eduard Leonid adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Penulis saat ini bekerja sebagai dokter tetap di RS SMC Telogorejo Semarang.
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics