
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Tumor atau benjolan adalah kata yang tidak lagi awam didengar di masyarakat. Lokasi pertumbuhannya pun dapat dimana saja termasuk di lapisan otak. Meningioma jarang menimbulkan gejala dan tergolong jinak, namun dapat berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat! Simak selengkapnya bersama Carevo!
Meningioma adalah tumor susunan saraf pusat primer yang paling sering dijumpai (sebanyak 37.6%) yang dimana 50% nya merupakan tumor yang jinak. Tumor ini sendiri berasal dari lapisan pelapsis otak atau sumsum tulang belakang yang dikenal sebagai meninges. Pada beberapa kasus sebanyak 1 sampai 3% dari meningioma dapat berubah menjadi tumor ganas dengan survival rate 5 tahun sebanyak 32% sampai 64%. Kejadiannya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko seperti kelainan genetik, paparan langsung dengan radiasi, terapi hormonal dan tentunya riwayat keluarga dengan meningioma.
Baca juga: 7 Perbedaan Tumor dan Kanker yang Wajib Diketahui
Seringkali tumor ini tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, jika menimbulkan gejala maka gejala yang muncul tersebut bergantung pada lokasi tempat tumbuhnya tumor tersebut. Kebanyakan meningioma intracranial berlokasi di supratentorial. Seringkali ditemukan pada bagian parasagittal, sphenoid ridge brain convexity, area depan dan belakang dari parafalcine, olfactory groove, suprasellar, fossa posterior, intraventrikel dan intra orbital dari otak.
Gejala yang umumnya ditemukan pada meningioma intrakranial berupa tanda-tanda gangguan motorik bagian atas seperti tonus otot yang meningkat, kaku, hiper refleks, ditemukan tanda Babinski dan Hoffman, kelemahan anggota gerak, lumpuh angora gerak, nyeri kepala, pusing, gangguan pengelihatan, kejang, gangguan perilaku, gangguan mental, gangguan pendengaran, hidrosefalus, defisit saraf intrakranial dan sebagainya.
Berbeda dengan menigioma intrakranial, jika menimbulkan gejala, maka gejala yang lebih sering muncul berupa nyeri dan radikulopati (nyeri radikuler) yang diikuti dengan defisit neurologis. Defisit neurologisya pun dapat merupakan gejala neuron bagian atas ataupun bagian bawah bergantung pada lokasi tumbuhnya tumor serta lokasi penekanan sarafnya. Gangguan neuron bagian bawah berupa kelemahan, hipotonus, fasikulasi otot dan turunnya refleks/ hipo refleks.
Ketika menegakkan diagnosis sebuah meningioma dokter akan membutuhkan riwayat pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi sebagai penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat berguna dalam membantu penegakan sebuah meningioma adalah CT scan otak dengan menggunakan kontras atau MRI brain sebagain baku emas.
Baca juga: 5 Makanan Penyebab Tumor Otak yang Harus Diwaspadai
Menurut pembagian World Health Organtization (WHO), meningioma di klasifikasikan menjadi 3 tingkat berdasarkan fitur histoligisnya yaitu meningioma grade 1, grade 2 dan grade 3. Tingkat keparahannya pun akan mengikuti berdasarkan klasifikasi dari tingkatan meningioma itu sendiri.
Meningioma grade 1 merupakan tipe yang paling seringkali ditemukan dan bersifat jinak. Sebanyak 80% meningioma yang ditemukan adalah meningioma grade 1. Pada golongan ini fitur anaplastik yang ditemukan hanya sedikit sekali dibanding dengan tingkatan yang lain. Umumnya, meningioma grade 1 ini bertumbuh secara lambat dan memiliki batas yang tegas.
Pada kelompok ini, meningoma yang ditemukan bersifat atipikal dan menyumbang sebanyak 15% sampai 20% dari seluruh kasus meningioma. Atipikal disini diartikan sebagai sebuah sel yang tidak dapat dikatakan normal ataupun jinak, namun mungkin sesekali dapat ditemukan sebagai suatu tumor ganas. Meningioma jenis ini dapat terjadi berulang dan tumbuh dengan cara yang lebih cepat dibandingkan dengan grade 1.
Meningioma grade 3 ini merupakan tipe yang ganas dan memiliki fitur anaplastik yang paling banyak dibanding meningioma tipe lainnya. Namun hanya sebanyak 1 sampai 4% meningioma yang masuk dalam kelompok grade 3 ini. Pada meningioma tipe ini, kemungkinan terjadinya metastasis juga sangatlah tinggi.
Baca juga: Inilah Perbedaan Tumor Jinak dan Ganas yang Harus Anda Pahami
Lantas bagimana cara tatalaksananya? Untuk pengobatannya sendiri dibagi menjadi beberapa kategori yakni: observasi saja, tindakan operasi, penggunaan radiasi dan kemoterapi.
Pada anda dengan meningioma yang tidak menimbulkan gejala, berukuran kecil serta lokasinya berada di sinus carvernous maka tindakan obeservasi yang akan dipilih. Observasi berkala menggunakan beberapa pemeriksaan radiologi seperti MRI otak dapat menjadi opsi.
Tindakan operasi khususnya akan menjadi pilihan bagi anda dengan lesi meningioma simptomatik dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Tindakan operasi ini dapat memberikan 90% 5-year progression free survival rate. Ukuran tumor yang di operasi dapat merupakan faktor yang signifikan dalam memprediksi tingkat kekambuhan. Hal ini dapat diukur menggunakan sistem penilaian simpson yang dibagi menjadi grade 1 sampai 5. Setiap operasi tentunya memiliki komplikasi yang beragam. Pada operasi tumor meningioma, prediksi terjadinya komplikasi berat akan meningkat ketika operasi berjalan lebih dari 4 jam, pasien lansia berusia diatas 70 tahun dan Karnof performance scale score (skor yang digunakan untuk menilai tingkat aktifitas pasien dan perawatan medis yang dibutuhkan) kurang dari 70 poin.
Beberapa pilihan penggunaan radiasi perlu dipertimbangkan sesuai dengan indikasi yang ada.
Terapi adjuvan dibutuhkan untuk mengurangi tingkat kejadian pada pasien dengan meningioma yang tidak dibuang secara sempurna, meningiom atipikal dan kasus-kasus meningioma yang ganas. Bevacizumab dapat menjadi pilihan obat terapi yang dipilih dalam kasus ini serta dapat memberikan tingkat keberhasilan regresi tumor yang tinggi.
Baca juga: 5 Makanan Penghancur Tumor Otak yang Harus Anda Ketahui
Selalu jaga kesehatan anda, dan catat gejalanya dengan Aplikasi Personal Health Record dari Carevo.
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics