
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Poliomyelitis adalah sebuah penyakit sangat menular yang disebabkan oleh virus yang berasal dari famili virus Picornaviridae. Penyakit ini sudah ada sejak zaman Mesir kuno yang dibuktikan dengan adanya tanda pada lukisan hingga ukiran peninggalan sejarah Mesir. Karakteristik klinis dari penyakit ini sangat beragam, dimulai dari kasus penyakit saluran napas ringan, gastroenteritis, malaise hingga terjadinya kelumpuhan. Sebelum adanya kemajuan dalam kesehatan global akibat gerakan vaksin, polio sempat menjadi penyakit epidemik di beberapa negara pada tahun 1900-1950 dengan tingkat kesakitan dan kematian yang tinggi pada anak-anak. Dengan adanya gerakan vaksinasi yang dimulai pada tahun 1980an, poliomyelitis saat ini hampir secara total dinyatakan punah. Namun, para tenaga medis tetap dihimbau untuk mencurigai kejadian polio pada pasien dengan gejala prodromal infeksi virus yang disertai kelumpuhan terutama pada anak.
Kontaminasi fecal-oral (kontaminasi kotoran) adalah metode penyebaran utama virus polio, namun penyebaran secara oral-oral juga dinyatakan dapat terjadi. Setelah infeksi primer dari virus, virus akan bereplikasi diarea oral dan kelenjar getah bening pada saluran cerna. Penyebaran virus pada penyandang dimulai sejak 2-3 hari sebelum gejala timbul hingga sekitar 1 minggu. Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya polio
Virus Polio berkembang biak dan menetap pada saluran cerna manusia. Virus ini kemudian akan keluar melalui feses pada penderitanya. Makanan atau benda yang terkontaminasi kotoran penyandang polio dapat menjadi salah satu sumber virus yang dapat membantu virus ini mendapatkan inang yang baru. Oleh karena itu virus ini erat kaitannya dengan adanya kondisi sanitasi yang buruk.
Terdapat 3 tipe virus polio, diantara ketiganya poliovirus 1 merupakan tipe yang paling sering menimbulkan gejala kelumpuhan. Tipe ini merupakan tipe mula-mula yang menimbulkan epidemi pada tahun 1900an. Polio 2 dan 3 dapat menimbulkan gejala yang serupa, namun kedua tipe ini dinyatakan sudah tereradikasi sejak tahun 2015 karena program vaksinasi. Vaksinasi polio akan membuat seseorang mendapatkan virus polio yang dilemahkan. Hal tersebut nantinya membuat seseorang mempunyai kekebalan tubuh yang baik terhadap virus tersebut sehingga nantinya bila terkena maka tidak akan menimbulkan gejala yang berat.
Gejala yang paling menakutkan dari polio adalah terjadinya kelumpuhan. Namun secara keseluruhan pada umumnya polio memiliki 3 tahap penimbulan gejala sebagai berikut:
Tahap akut terjadi setelah masuknya virus kedalam tubuh. Virus akan menetap pada area mulut serta saluran cerna sehingga sering dapat terdeteksi pada feses penderita selama beberapa minggu atau bahkan dapat mencapai hingga hitungan bulan pada penyandang penyakit imunodefisiensi. Sekitar 95% dari infeksi ini hanya berakhir dengan gejala non-paralitik seperti nyeri kepala, pegal linu, letih, mual, nyeri tengkuk, dan nyeri tenggorok. Keluhan ini umumnya dirasakan selama 2-3 minggu setelah masuknya virus kedalam tubuh, namun dapat memanjang hingga sekitar 2 bulan. Gejala yang paling dominan menandakan bahwa tahap ini belum berlalu biasanya adalah nyeri otot.
Setelah gejala prodromal menurun atau bahkan menghilang, virus yang berada pada saluran cerna dapat melakukan progres lebih lanjut ke saraf tulang belakang. Migrasi virus umumnya terjadi 1-3 hari setelah gejala prodromal menghilang. Virus yang menginfeksi saraf tulang belakang dapat menimbulkan spasme otot yang parah. Hal tersebutlah yang nantinya dapat menimbulkan kelumpuhan. Migrasi virus juga dapat terjadi pada sistem saraf pusat dan menimbulkan infeksi otak, mata, maupun kombinasi antara keduanya dan juga kelumpuhan.
Pada tahap pemulihan, gejala akut dan nyeri otot hilang, dan otot-otot yang lumpuh mulai pulih. Tahap ini berlangsung hingga 2 tahun setelah timbulnya penyakit. Selama seluruh periode ini, ada pemulihan otot secara bertahap; pemulihannya cepat dalam 6 bulan pertama tetapi lebih lambat selama bulan-bulan berikutnya.
Periode lebih dari 2 tahun setelah timbulnya penyakit disebut tahap kelumpuhan residual. Tidak ada pemulihan kekuatan otot yang terjadi pada tahap ini. Deformitas dapat terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan kekuatan otot dan postur yang buruk. Ada juga atrofi otot yang tidak digunakan dan pemendekan kaki karena gangguan pertumbuhan. Dalam kasus yang diabaikan, deformitas tetap besar pada pinggul, lutut, dan kaki terjadi dengan pengecilan otot yang parah. Anak-anak dengan kelumpuhan yang luas dan kelainan bentuk yang parah harus merangkak dengan keempat kakinya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Melihat seberapa berbahayanya penyakit ini, baiknya kita semua harus mengetahui tentang cara menghindari penularan dengan kebersihan yang tepat dan pencegahan melalui upaya vaksinasi lengkap sejak usia dini.
Baca juga: Mari Mengenal Manfaat Fisoterapi untuk Pemulihan
Selalu jaga kesehatan Anda dan catat gejalanya dengan aplikasi Carevo Health Record dari Carevo.
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics