
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Arrhythmia jantung merupakan “istilah kolektif untuk semua gangguan irama jantung diluar irama sinus yang normal”. Arrhythmia jantung pun terbagi dalam beberapa jenis, yaitu tachyarrhythmia (adanya kondisi detak jantung yang lebih cepat dari detak jantung normal) dan bradyarrhythmia (adanya kondisi detak jantung yang lebih lambat dari detak jantung normal). Adanya arrhythmia seringkali tidak disadari oleh penderitanya dikarenakan arrhythmia terkadang tidak memiliki gejala apapun dan baru diketahui setelah adanya pemeriksaan pada jantung. Namun pada beberapa kasus muncul berbagai kondisi seperti jantung berdebar, pusing, sesak nafas, mudah lelah, dan bahkan mengalami pingsan secara mendadak.
Angka kejadian arrhythmia akan meningkat dengan bertambahnya usia. Diperkirakan, populasi geriatrik (lansia) akan mencapai 11,39% di Indonesia atau 28 juta orang di Indonesia pada tahun 2020. Makin bertambah usia, persentase kejadian arrhythmia makin meningkat, yaitu 70% pada usia 65-85 tahun dan 84% diatas 85 tahun.
Umumnya arrhythmia tidaklah berbahaya namun pada beberapa kasus dapat menjadi berbahaya apabila terjadi komplikasi seperti gagal jantung, stroke, bahkan kematian. Arrhythmia dapat timbul karena berbagai macam faktor, salah satunya adalah pola gaya hidup yang kurang sehat seperti merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, stress, terlalu banyak mengkonsumsi alkohol, dan sebagainya.
Arrhythmia adalah gangguan atau abnormalitas penjalaran impuls listrik ke otot jantung (miokardium). Secara garis besar arrhythmia terdiri atas dua kelompok besar, yaitu bradyarrhythmia yang dicirikan dengan laju jantung yang terlalu lambat (kurang dari 60 kali per menit/) dan tachyarrhythmia yang dicirikan dengan laju jantung yang terlalu cepat (lebih dari 100 kpm). Masing-masing kelompok terdiri atas berbagai jenis arrhythmia.
Beberapa arrhythmia dapat menyebabkan jantung tidak memompakan cukup darah ke tubuh, sehingga menyebabkan kemungkinan kerusakan pada otak, jantung, dan organ vital lainnya. Arrhythmia dapat terjadi apabila sinyal-sinyal listrik yang berfungsi untuk mengontrol detak jantung tertunda atau mengalami hambatan. Hal ini menimbulkan arrhythmia karena sel-sel saraf khusus yang membawa muatan listrik tidak bekerja dengan baik. Selain itu, arrhythmia juga dapat terjadi apabila salah satu bagian jantung dapat menghasilkan sinyal listrik yang mengakibatkan sel-sel saraf mengalami penambahan dan mempengaruhi irama jantung.
Seseorang yang menderita arrhythmia mungkin mengalami gejala berdebar (palpitasi), pusing, pingsan (sinkop), kelelahan, sesak nafas, dan penurunan pada toleransi olahraga. Dalam kondisi
yang parah, pasien bisa mengalami gejala berupa gangguan kemampuan bicara, gangguan penglihatan, dan rasa lemah pada tungkai badan, yang mengindikasikan adanya gejala stroke. Kematian mendadak merupakan akibat yang paling berbahaya dari arrhythmia.
Baca Juga: Bagaimana Cara Kerja Tubuh dalam Penurunan Berat Badan
Beberapa orang lahir dengan kondisi jantung yang tidak normal (contoh: lubang pada jantung atau hubungan elektrikal berlebih pada jantung mereka), yang dapat menyebabkan arrhythmia.
Sementara orang lain, pada suatu tahap dalam hidup mereka mengalami masalah jantung, seperti serangan jantung atau gagal jantung, yang juga dapat menyebabkan arrhythmia.
Beberapa penyebab yang diduga berkaitan dengan arrhythmia, yaitu :
Faktor risiko yang umum untuk arrhythmia mencakup penyakit tiroid, hipertensi, penyakit jantung iskemik, gagal jantung, dan kelainan pada katup jantung. Pada beberapa orang, arrhythmia bisa terjadi karena efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi. Kadang-kadang, tidak ada penyebab atau faktor risiko yang bisa diidentifikasi pada arrhythmia.
arrhythmia jantung sendiri dapat dipicu oleh banyak faktor-faktor, baik internal maupun eksternal, yaitu :
Baca Juga: Refleks Patella Adalah: Pengertian, Fungsi, dan Cara Pengecekannya
Penyebab dasar arrhythmia harus dicari dan diobati dengan tepat. Ada obat-obatan khusus, yang biasanya disebut sebagai obat anti-arrhythmia yang digunakan untuk pengobatan berbagai jenis arrhythmia. Ablasi kateter merupakan pilihan pengobatan intervensi dan kuratif untuk beberapa jenis arrhythmia. Bagi seseorang yang menderita denyut jantung yang lambat dan gejala lain seperti rasa pusing atau sinkop, pemasangan alat pacu jantung mungkin perlu dipertimbangkan. Di sisi lain, pasien yang menderita denyut jantung yang cepat dan berisiko mengalami kematian mendadak, pemasangan defibrilator kardioverter mungkin perlu dipertimbangkan.
Beberapa tipe arrhythmia tidak memerlukan pengobatan khusus, sementara tipe lainnya memerlukan perubahan gaya hidup, pengobatan dan terkadang prosedur invasif seperti ablasi kateterisasi atau implan alat elektronik seperti alat pacu jantung (untuk denyut yang terlalu lambat) atau alat defibrillator cardioverter (jika masalah denyut jantung dapat mengancam jiwa, contoh: Ventricular Tachycardia). Saat ini prosedur ablasi kateterisasi merupakan opsi pengobatan yang semakin sering dilakukan, karena terlihat efektif dalam mengobati beberapa tipe masalah denyut jantung, seperti: Supraventricular Tachycardias (SVT) dan Atrial Fibrillation (AF).
Setelah diperoleh tipe arrhythmia berdasarkan pemeriksaan EP, spesialis denyut jantung akan mengobati penyebab arrhythmia tersebut secara bersamaan dengan melakukan ablasi kateterisasi. Prosedur ini melibatkan penggunaan energi elektrik frekuensi tinggi yang dialirkan melalui kateter menuju bagian dari jantung yang tidak normal. Ablasi kateterisasi dapat mengobati beberapa tipe arrhythmia, sehingga memungkinkan pasien untuk berhenti mengonsumsi pengobatan dalam jangka panjang.
Selalu jaga kesehatan anda, dan catat gejalanya dengan Aplikasi Personal Health Record dari Carevo.
Artikel Ditulis Oleh:
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics