
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
ASD, yang sering disebut autis, merupakan suatu gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam komunikasi dan berinteraksi sosial. Hal ini berdampak pada kesempatan mendapatkan pendidikan dan pekerjaan.
Gejala yang ditunjukan cukup bervariasi, sehingga disebut suatu spektrum, di mana beberapa pasien dapat hidup mandiri dan pada kasus yang berat dapat membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. WHO memperkirakan satu dari 100 anak mempunyai ciri ASD dengan prevalensi 0,76% dan jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Penyebab pasti ASD hingga saat ini belum diketahui, namun studi memperkirakan adanya perubahan genetik dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Berdasarkan data epidemiologi dan penelitian, ASD juga tidak berhubungan dengan pemberian vaksin MMR (measles, mumps, rubella) atau vaksin yang lain.
Beberapa faktor risiko timbulnya ASD adalah:
Baca Juga: Bipolar Disorder Adalah: Pengertian, Penyebab, Gejala, dan Ciri-cirinya
Cukup sulit untuk mendiagnosis adanya ASD pada usia dini karena tidak ada tes medis seperti pemeriksaan darah atau radiologi untuk mendeteksi adanya kelainan, berbeda dengan penyakit lain seperti diabetes, di mana kadar gula darah terdeteksi tinggi, atau demam berdarah dengue yang menunjukan adanya penurunan jumlah trombosit dan peningkatan hemoglobin.
ASD dapat didiagnosis pada usia 1,5 sampai 2 tahun, namun mayoritas kasus terdiagnosis pada usia yang lebih tua, sehingga sangat penting agar orang tua dapat melakukan pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan secara rutin di dokter, terutama pada usia 9, 18, dan 30 bulan, ditambah dengan skrining khusus ASD pada usia 18 dan 24 bulan.
Baca Juga: Persistent Sexual Arousal Disorder: Pengertian, Gejala, dan Cara Penanganan
Gejala-gejala tersebut bervariasi derajat nya pada setiap individu. Pada anak yang lebih tua gejala dapat tertutupi oleh proses adaptasi dari anak tersebut.
Pengobatan ASD merupakan pengobatan multifaktorial, dengan tujuan utama untuk memperbaiki kualitas hidup dan membantu pasien berinteraksi sosial dengan lebih baik. Karena ASD merupakan spektrum dengan manifestasi yang bisa berbeda-beda satu sama yang lain, terapi nya pun juga spesifik untuk setiap individual.
Kategori terapi yang dapat diberikan pada pasien ASD antara lain:
Terapi ini berfokus agar anak mengerti apa yang terjadi sebelum dan setelah melakukan tindakan tertentu. Selain itu juga agar dapat menunjukan perilaku yang sesuai pada kondisi tertentu sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam bersosialisasi.
Terapi perkembangan, developmental approaches, bertujuan memperbaiki kemampuan yang khusus seperti bicara atau bahasa. Terapi yang paling sering dilakukan adalah terapi bicara (speech and language therapy) di mana terapi ini akan meningkatkan pengertian dan penggunaan bahasa pada ASD.
Selain terapi bicara, terapi okupasional (occupational therapy) juga dapat diterapkan agar dapat hidup semandiri mungkin, dengan mengajarkan cara berpakaian, makan, mandi, dan membangun hubungan dengan orang lain.
Terapi edukasi diberikan dalam bentuk seperti ruang kelas di mana terdapat pengaturan ruangan yang disesuaikan, beberapa rutinitas yang ditulis, dan metode pengajaran secara visual.
Terapi ini bertujuan membangun kemampuan sosial dan relasi dengan orang lain, dengan melibatkan orang tua atau mentor. Pada terapi ini ada simulasi sederhana tentang situasi sosial tertentu dan mengajarkan anak untuk membangun komunikasi sosialnya.
Baca Juga: Intoleransi Laktosa: Pengertian, Penyebab, dan Faktor Risikonya
Hingga saat ini belum ada obat yang secara khusus untuk mengobati ASD. Obat yang ada lebih ditujukan untuk mengontrol keluhan-keluhan penyerta nya seperti obat untuk membantu meningkatkan konsentrasi, mengendalikan energi yang berlebihan, atau untuk mengatasi kecemasan dan perilaku yang membahayakan diri dan lingkungan.
CBT, Cognitive Behavioral Therapy, adalah salah satu pendekatan secara psikologis yang bertujuan agar anak dengan ASD dapat mempelajari hubungan antara pemikiran, perasaan, dan tingkah laku. Dengan kata lain, CBT berfokus pada tujuan dan pemikiran pada situasi tertentu yang pada akhirnya dapat memberikan respons (perilaku) yang sesuai.
Pengobatan yang dimulai sedini mungkin meningkatkan keberhasilan sehingga anak dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial dengan lebih baik. Penting untuk tidak memberikan stigma negatif yang dapat semakin menghambat perkembangannya. Dengan dicanangkannya Hari Peduli Autis Dunia (World Autism Awareness Day) setiap tanggal 2 April, diharapkan orang tua dan masyarakat pada umumnya dapat mengenali gejala-gejala dini ASD sehingga dapat melakukan intervensi yang dibutuhkan.
Leon
dr. Eduard Leonid adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Penulis saat ini bekerja sebagai dokter tetap di RS SMC Telogorejo Semarang.
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics