
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Istilah bartholinitis mungkin sebagian orang terasa asing, namun penyakit ini bisa jadi Anda alami loh. Bagi Anda yang berjenis kelamin wanita, mungkin tanpa sengaja Anda pernah meraba area intim saat membersihkan bagian tersebut dan menemukan adanya benjolan. Kemungkinan bisa jadi kondisi yang Anda alami adalah gejala dari bartholinitis. Dalam artikel ini akan dibahas tentang pengertian, gejala, cara-cara pemeriksaan dan penegakan diagnosis, serta bagaimana proses penanganannya. Mari kita simak bersama.
Bartholinitis adalah suatu penyakit di area intim seorang wanita, yang ditandai dengan adanya pembengkakan di daerah dinding vagina. Dari susunan suku katanya Bartholin yang berarti kelenjar bartholin dan -itis yang menunjukkan arti suatu peradangan atau inflamasi.
Istilah ini bisa merujuk ke dua hal, yaitu abses dan Ada baiknya Anda mengetahui lebih lanjut tentang kelenjar Bartholin ini. Kelenjar ini merupakan kelenjar sepasang yang berdiameter 0.5 cm (sebesar kacang polong) berada di bagian labia minora.
Pada kondisi yang normal, kelenjar ini tidak dapat diraba. Kemudian fungsi dari kelenjar ini adalah mengeluarkan cairan yang berguna untuk melumasi mukosa vagina. Diperkirakan sekitar 2% kelompok wanita berusia aktif secara reproduksi akan mengalami pembengkakan kelenjar bartholin.
Baca Juga: Mengenal Penyebab Ketidakseimbangan Hormon Pada Pria dan Wanita
Wanita yang berusia aktif secara reproduksi sangat mungkin mengalami pembentukan kista (kantung berisi cairan) bartholin. Ada dua istilah yang membedakan keduanya yaitu antara kista dan abses. Lalu apa perbedaan keduanya? Sebuah kista bartholin bisa terbentuk apabila saluran keluar dari kelenjar bartholin tertutup atau terhalangi oleh adanya bekas infeksi atau akibat riwayat trauma.
Berbeda dari terbentuknya kista, abses terjadi dikarenakan oleh adanya peradangan di kelenjar bartholin. Sifat dari peradangan kelenjar ini disebabkan oleh karena infeksi bakteri yang akhirnya memicu seorang pasien mengalami nyeri yang hebat pada kemaluannya.
Kondisi penderita bartholinitis bergantung pada ukuran dari kista atau abses yang mereka miliki. Bila bergejala maka akan muncul beberapa keluhan berikut:
Ketika massa yang muncul masih berukuran kecil, maka umumnya tidak akan menimbulkan gejala atau dalam istilah medis disebut asimtomatis. Gejala yang dirasakan oleh penderitanya terjadi karena pembengkakan yang muncul dan pertambahan ukurannya, sehingga gejala seperti duduk terasa mengganjal, berjalan terasa seperti ada yang terjepit. Kemudian ketika kista sudah besar dan disertai dengan adanya infeksi, maka rasa nyeri akan muncul.
Baca Juga: Mengetahui Penyebab Menstruasi Tidak Teratur
Ketika keluhan semakin memberat dan waktu yang dirasakan sudah lama, maka sangat dianjurkan agar Anda segera berobat ke ahli kebidanan. Di dokter tersebut, Anda akan diberikan sejumlah pertanyaan (anamnesis) yang bisa membantu dokter menegakkan diagnosis. Setelah dokter merasa cukup dengan pertanyaan, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik khususnya pada daerah yang menjadi keluhan utama Anda:
Pemberian obat-obatan dan pertolongan kembali pada kondisi Anda. Pada kasus yang tidak ada gejala, dokter tidak akan memberikan penanganan apapun. Bila kondisi yang dilihat oleh dokter cukup berat maka dokter akan mempertimbangkan sejumlah terapi untuk Anda. Berikut ini adalah langkah-langkah pengobatan yang diberikan oleh dokter:
Opsi operasi yang sering dilakukan berupa pengeluaran cairan dari kantung kelenjar bartholin. Pada kasus yang sudah didapatkan pecahnya kista, maka keluhan akan membaik dengan sendirinya. Kerugian tindakan ini adalah risiko berulangnya keluhan atau munculnya kembali kista atau abses.
Baca Juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Alat Reproduksi
Pada temuan abses bartholin dokter akan memberikan antibiotik untuk menekan pertumbuhan dan mengeliminasi bakteri penyebab. Umumnya dokter akan memberikan antibiotik dengan spektrum yang luas sembari menunggu hasil kultur bakteri.
Terapi ini adalah pilihan utama pada kasus kista bartholin. Tindakan ini tidak diperuntukan pada kasus yang terbukti adanya abses. Marsupialisasi memiliki urutan yaitu kantung kista yang sudah dibuang cairannya, kemudian kantungnya dilipat ke dalam kemudian kantung tersebut dijahit.
Pembuangan kelenjar ini dipertimbangkan apabila kista dan abses berulang-ulang kembali terjadi dan dialami oleh pasien.
Setiap tindakan memiliki risiko dan komplikasi nya masing-masing. Kasus ini dapat berdampak kondisi estetika bagian intim seorang wanita. Namun tindakan ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kondisi keracunan infeksi (sepsis).
Bila keluhan Anda terus berulang-ulang sangat dianjurkan berkonsultasilah dengan dokter ahli dan hindari mengonsumsi obat secara sembarangan agar penanganan dapat dilakukan secara optimal.
Albert
Dr. Albert Novianto lahir di Jakarta, 14 November 1992. Penulis menempuh pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya Jakarta dan menyelesaikan pendidikan di tahun 2017.
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics