Gangguan terkait makanan (eating disorders) berdampak pada jutaan orang di seluruh dunia. Diperkirakan 70 juta orang mengalami gangguan makan, baik disadari maupun tidak disadari, dan jumlahnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Di benua Asia, Jepang adalah negara dengan angka kejadian eating disorders yang paling tinggi, diikuti oleh Hong Kong, Singapura, dan Korea Selatan. Secara statistik, wanita lebih mudah mengalami eating disorders dibandingkan pria (3,8% dibandingkan 1,5%).
Merupakan kondisi di mana seseorang sangat menghindari makanan atau hanya makan makanan dengan porsi yang sangat kecil, sangat terobsesi dengan berat badan dan selalu merasi berat badan berlebih (overweight) meskipun sesungguhnya berat badan sudah sangat rendah (underweight). Kondisi ini sangat berbahaya karena orang tersebut mempunyai risiko yang tinggi untuk mengalami masalah kesehatan yang fatal akibat kekurangan nutrisi dan dehidrasi.
Bulimia nervosa adalah kondisi seseorang yang ditandai dengan banyak makan kemudian dimuntahkan kembali sebagai kompensasi makan yang berlebihan. Beberapa gejala yang dialami antara lain:
Merupakan kondisi dengan ciri utama makan dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat.
Baca Juga: Persistent Sexual Arousal Disorder: Pengertian, Gejala, dan Cara Penanganan
ARFID sebelumnya lebih dikenal dengan istilah selective eating disorder, yaitu kondisi di mana seseorang membatasi jumlah dan jenis makanan. Kondisi ini dapat menjadi awal gangguan makan yang lain dan dialami oleh anak-anak di mana mereka menjadi sangat pemilih dan cenderung menghindari makanan tertentu.
Baca Juga: Autism Spectrum Disorder: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Gejala yang dialami orang dengan binge-eating disorder antara lain:
Baca Juga: Ketahui Ciri-Ciri Wanita Hiperseks
Meskipun penyebab pastinya belum dapat dijelaskan, keterlibatan multifaktorial dipercaya turut berperan, seperti faktor psikologi, sosial, budaya, dan juga biologis. Faktor risiko timbulnya BED antara lain:
BED yang dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan masalah kesehatan yang berbahaya seperti gangguan sistem pencernaan seperti nyeri perut, sumbatan usus, dan GERD. Selain itu apabila makanan yang dikonsumsi tidak sehat juga dapat meningkatkan kolesterol dan gula darah yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit.
Pengobatan BED dapat berbeda antar pasien, karena penyebab tiap pasien dapat berbeda. Namun pengobatan bertujuan untuk mengontrol pola makan, berat badan yang berlebih, persepsi terhadap bentuk dan berat badan ideal, permasalahan fisik dan psikologi yang mendasari, atau kombinasi hal-hal tersebut.
Pilihan pengobatan pada pasien BED antara lain:
Psikoterapi merupakan terapi pertama yang dapat dilakukan. Beberapa jenis psikoterapi yaitu:
CBT atau terapi perilaku kognitif ini bertujuan menganalisis hubungan antara pola pikir, perasaan, dan tingkah laku negatif yang berhubungan dengan pola makan, bentuk tubuh, dan berat badan. Dari hasil analisis tersebut dapat dilakukan intervensi untuk setiap masalah yang ditemukan, seperti mengatur goal atau target awal, mengatur pola makan yang lebih baik, termasuk memperbaiki pola pikir terkait dengan penyebab BED.
Psikoterapi interpersonal bertujuan mengidentifikasi permasalahan pasien yang berhubungan dengan orang lain (interpersonal) yang menyebabkan gangguan makan. IPT biasanya juga dikombinasikan dengan CBT apabila pasien mempunyai penyebab yang kompleks.
Melalui terapi ini, pasien diajarkan cara untuk mengatur respons emosi yang muncul terhadap hal-hal negatif sehingga tidak bermanifestasi dalam bentuk binge-eating.
Beberapa jenis obat dapat membantu mengatasi BED, seperti obat antidepresan, antipsikotik, antiepileptik jenis tertentu, dan obat untuk stabilisasi mood. Termasuk obat anti cemas untuk mengatasi kecemasan yang mungkin dapat muncul akibat BED itu sendiri.
Baca Juga: Migrain: Pengertian, Gejala, dan Cara Menanganinya
Terkadang pasien datang berobat untuk mengatasi berat badan yang berlebih (obesitas), sehingga setiap pasien obesitas harus dievaluasi adanya gangguan makan. Dengan mencapai berat badan yang ideal diharapkan pasien dapat lebih percaya diri dan memperbaiki emosi negatif yang muncul.
Selain pengobatan yang diberikan oleh dokter, ada aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peluang keberhasilan terapi dan mencegah relaps, seperti:
Penting untuk menyadari adanya gangguan makan ini, terutama bila tidak dapat mengontrol nafsu makan. Dengan terapi yang adekuat BED dapat diatasi dan tentunya dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.
Leon
dr. Eduard Leonid adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Penulis saat ini bekerja sebagai dokter tetap di RS SMC Telogorejo Semarang.
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics