
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Chikungunya menjadi salah satu penyakit yang cukup banyak diderita di Indonesia. Penyakit ini memiliki banyak hewan penyebar yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari kita. Tetapi tahukah Anda seperti apa gejala dari penyakit ini? Atau apakah Anda tahu ketika terserang penyakit ini apa yang dapat dilakukan? Mari kita simak artikel berikut ini.
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditransimisikan oleh hewan vektor hewani yaitu nyamuk. Pertama kali chikungunya ditemukan di Tanzania (Afrika) di tahun 1952, kemudian sekitar 50 tahun kemudian chikungunya menyebar dengan sangat cepat ke lebih dari 60 negara di zona Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika termasuk Indonesia. Nyamuk pembawa virus ini adalah nyamuk Aedes albopictus. Nyamuk ini memiliki nama genus yang sama seperti nyamuk pembawa virus demam berdarah.
Menilik dari apa yang disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), chikungunya di tahun 2004, menyebabkan penyebaran yang sangat cepat di Kenya dan Kawasan di area Samudera Hindia. Penyebaran yang cepat ini pun diduga diakibatkan oleh karena perjalanan wisatawan-wisatawan dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari India ke Indonesia, atau dari India ke Sri Lanka, Myanmar, dan Thailand.
Tahun 2007, transmisi lokal mulai muncul di benua Eropa. di Italia bagian Utara sempat terjadi penyebaran yang sangat cepat dan luas (outbreak). Diperkirakan kasus yang tercatat mencapai angka 197 kasus.
Kemudian di tahun 2010, virus ini kembali menyebar dengan cepat ke wilayah Asia Tenggara. Faktor penyebaran diakibatkan oleh para wisatawan yang terinfeksi kembali terjadi di Kawasan tersebut, hingga Amerika Serikat.
Di tahun 2014, kasus chikungunya di Eropa menghadapi puncak kasus tertingginya yang mencapai angka 1500 kasus. Di tahun ini kasus paling banyak terjadi di Prancis dan Inggris. Di tahun yang sama outbreak terjadi di negara-negara Pasifik, seperti Pulau Cook, Pulau Marshall, Samoa, American Samoa, dan Kiribati.
Seiring berjalannya waktu kasus-kasus chikungunya terus bertambah banyak dan sempat kembali terjadi outbreak di beberapa wilayah di dunia.
Baca Juga: Kenali Cara Virus Menyebar di Sekitar Anda
Penyakit ini menyebar melalui perantaraan atau vektor yaitu nyamuk. Nyamuk yang membawa virus chikungunya dapat menularkan dari satu orang ke orang lain saat terjadinya proses penghisapan darah.
Virus chikungunya menyebabkan infeksi yang berlangsung selama beberapa hari hingga bulanan dan memiliki gejala utama berupa nyeri sendi. Gejala pertama akan muncul setelah beberapa hari pasca seekor nyamuk yang terinfeksi menghisap seorang manusia. Gejala pertama akan muncul paling sering pada hari keempat hingga kedelapan pasca gigitan nyamuk (rentang lain 2 hingga 12 hari). Berikut ini adalah gejala-gejala yang dirasakan oleh mereka yang terinfeksi, yaitu:
Gejala demam tinggi menjadi salah satu gejala yang muncul dan diralami oleh mereka yang menderita infeksi chikungunya. Gejala ini pun muncul dan diderita oleh mereka yang terinfeksi oleh penyakit demam dengue.
Gejala nyeri sendi bisa bertahan beberapa hari hingga paling lama bertahan hingga bulanan.
Nyeri kepala dan otot, atau cephalgia dan myalgia, menjadi gejala yang turut dirasakan oleh sebagian besar penderita chikungunya. Namun gejala ini sulit dibedakan dengan gejala dari penyakit lain.
Bercak-bercak pada kulit bisa menggambarkan gejala yang sama seperti mereka yang menderita penyakit demam berdarah.
Selain rasa nyeri sendi, sendi-sendi yang mengalami peradangan akan turut membengkak dan saat dipegang pasien akan merasakan nyeri dan tidak nyaman. Gejala ini bersama dengan gejala nyeri sendi menjadi salah satu ciri khas infeksi chikungunya.
Konjungtivitis menjadi salah satu gejala yang bisa dialami oleh seseorang yang terinfeksi oleh virus chikungunya. Gejala ini tidak selalu dialami oleh pasien yang terinfeksi.
Mulut pahit dan rasa tidak nyaman di ulu hati menjadi pencetus terjadinya gejala mual dan muntah yang dialami oleh penderita infeksi chikungunya
Penyakit chikungunya memiliki gejala yang lebih ringan jika dibandingkan dengan infeksi dengue. Sangat jarang sekali penyakit chikungunya bermanifestasi menjadi suatu penyakit yang mengancam nyawa. Dalam perjalanannya mereka yang terinfeksi akan kembali pulih seperti sedia kala.
Baca Juga: Cara Mengatasi Demam Anak Naik Turun Disertai Batuk Pilek
Menegakan diagnosis infeksi chikungunya dapat dilakukan dengan beberapa metode pemeriksaan, yang sampelnya diambil melalui sampel darah. Pemeriksaan yang dilakukan seperti:
Uji serologis merupakan salah satu metode yang dilakukan untuk mengetahui seseorang betul terinfeksi virus chikungunya. Uji ini menilai kondisi antibodi IgM dan IgG yang akan muncul pada mereka yang terinfeksi. IgM akan meningkat tinggi setelah 3 hingga 5 minggu pasca sakit dan akan bertahan hingga dua bulan ke depan.
Selanjutnya ada uji RT-PCR (reverse transcriptase–polymerase chain reaction) yang bisa mencari tahu genetika virus yang menginfeksi, sehingga di masa yang akan datang dapat diketahui jenis-jenis genetika virus chikungunya. Selain itu dapat dibandingkan pula jenis-jenis virus dari masing-masing daerah apakah sama atau tidak.
Pemeriksaan ini menjadi penting guna mengetahui apakah infeksi yang dialami oleh seseorang betul akibat infeksi chikungunya atau infeksi demam berdarah. Karena tatalaksana dan pengawasannya akan berbeda, mengingat infeksi demam berdarah memiliki fatalitas yang lebih tinggi.
Dokter akan memeriksakan sejumlah pemeriksaan lain, apabila gejala yang seorang pasien alami tidak khas dan pemeriksaan lain ini memungkinkan dokter untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain.
Baca Juga: Penyakit Meningitis: Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mengobatinya
Hingga saat ini belum ditemukan vaksinasi atau obat pencegah terjadinya infeksi chikungunya. Berikut ini cara untuk mengurangi keparahan gejala yang Anda alami:
Istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas berat selama proses pemulihan dapat mempercepat proses pemulihan penderita.
Konsumsi air yang banyak dapat membantu mencegah terjadinya dehidrasi dan meringankan demam.
Obat penurun panas yang diberikan adalah paracetamol (asetaminofen), jangan mengonsumsi golongan ibuprofen, apabila Anda belum tegak diagnosis terinfeksi chikungunya. Mengingat ibuprofen dapat memicu terjadinya perdarahan.
Terkadang ketika seseorang sedang demam dan tidak enak badan, umumnya mereka menjadi malas makan dan cepat mual. Karena itulah kadang mereka tidak mau makan, sehingga risiko penyembuhan yang lebih lama mungkin saja terjadi pada mereka yang kekurangan nutrisi.
Bila Anda merasakan gejala yang sangat berat seperti rasa lemas yang berlebih dan penurunan kesadaran, segeralah mencari pertolongan agar dapat diobati dan ditangani secepat mungkin guna mencegah terjadinya perburukan yang cepat.
Perlu diingat bahwa cara pendekatan masing-masing dokter dapat berbeda-beda, sehingga masing-masing pasien bisa saja memperoleh obat yang berbeda, namun yang perlu diketahui adalah obat yang berbeda tersebut biasanya disesuaikan dengan kondisi masing-masing sehingga tidak sama antar pasien.
Albert
Dr. Albert Novianto lahir di Jakarta, 14 November 1992. Penulis menempuh pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya Jakarta dan menyelesaikan pendidikan di tahun 2017.
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics