Beranda > Artikel > 7 Ciri-Ciri Alergi Susu Formula pada Bayi dan Cara Menanganinya

7 Ciri-Ciri Alergi Susu Formula pada Bayi dan Cara Menanganinya

ciri ciri alergi susu formula pada bayi

Mengenal Alergi Susu Formula

 

Susu formula merupakan salah satu jenis susu yang dapat diberikan pada bayi dan biasanya menggunakan susu sapi sebagai bahan dasar. Susu formula yang banyak beredar di pasaran saat ini, selain berbahan dasar susu sapi, juga ada jenis lain yaitu susu berbahan dasar soya dan protein terhidrolisis. Masing-masing jenis susu dapat diperkaya dengan tambahan vitamin dan mineral seperti zat besi, DHA (docosahexaenoic acid), dan AA (arachidonic acid). Ketiga jenis susu formula ini mempunyai manfaat masing-masing. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan WHO memberikan rekomendasi untuk memberikan susu formula atau pendamping ASI lain pada bayi setelah usia 6 bulan, di mana pada 6 bulan pertama sebaiknya diberikan hanya ASI saja (ASI eksklusif), kecuali apabila ada indikasi dan pertimbangan medis dari dokter misalnya seperti ASI tidak keluar atau jumlahnya sangat sedikit meskipun sudah mendapat terapi. Pada umumnya bayi atau anak yang menunjukan reaksi alergi terhadap susu formula merupakan alergi terhadap komponen susu sapi terutama kasein dan whey

 

Ciri-Ciri Alergi Susu Formula pada Bayi 

 

Alergi susu formula perlu dibedakan dengan intoleransi laktosa. Pada alergi susu tubuh memberikan respon imunitas terhadap komponen protein susu tersebut, sedangkan pada intoleransi laktosa tubuh kekurangan enzim untuk mencerna laktosa (karbohidrat dalam susu). 

 

Ciri-ciri alergi susu yang dapat ditemukan pada bayi antara lain:

 

1. Rasa gatal dan kulit kemerahan 

 

Paparan alergen dalam hal ini protein susu seperti kasein atau whey dapat menimbulkan reaksi peradangan dan menyebabkan rasa gatal dan kemerahan di kulit. 

 

2. Bentol-bentol di kulit 

 

Reaksi alergi susu formula dapat bermanifestasi di kulit dan menyebabkan bentol-bentol kemerahan dan membentuk seperti pulau (urtikaria). Bentol-bentol dapat muncul di satu bagian tubuh atau menyebar ke seluruh tubuh. 

 

3. Mata dan bibir bengkak 

 

Reaksi alergi yang muncul pada mata menyebabkan penumpukan cairan sehingga kelopak mata menjadi bengkak. Gejala mata bengkak dapat ringan sampai berat hingga mata sulit dibuka. Bibir yang mempunyai lapisan yang tipis juga mudah bengkak akibat penumpukan cairan ini. 

 

Baca Juga: Alergi Susu Sapi pada Bayi: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Menanganinya

 

4. Muntah dan diare 

 

Paparan alergen di saluran pencernaan bayi dapat menimbulkan gejala di usus dan menyebabkan muntah atau diare. Pada kondisi yang lebih berat dapat ditemukan darah pada feses. Selain itu rasa tidak nyaman di perut juga dapat membuat anak menjadi sulit makan dan rewel. Namun perlu diperhatikan bahwa gejala muntah dan diare yang disebabkan alergi hanya muncul apabila memakan makanan tertentu. Terkadang diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membantu menyingkirkan kemungkinan penyebab lain seperti infeksi atau keracunan makanan. 

 

5. Suara nafas berbunyi 

 

Asma merupakan salah satu manifestasi alergi yang cukup sering dijumpai. Adanya reaksi peradangan (inflamasi) akibat alergi di saluran nafas dan paru membuat saluran nafas menyempit sehingga menimbulkan bunyi mengi saat bernafas. 

 

6. Sesak nafas 

 

Penyempitan saluran nafas akibat reaksi alergi yang hebat menyebabkan udara sulit masuk ke dalam paru, sehingga oksigen juga tidak dapat masuk ke dalam darah dan mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen. Akibat proses ini membuat anak menjadi sesak dan membutuhkan bantuan oksigen. 

 

7. Syok anafilaktik 

 

Anafilaktik merupakan reaksi alergi yang sangat berat. Kondisi ini ditandai dengan denyut nadi yang lemah dan sangat cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Anafilaktik merupakan kondisi emergensi yang membutuhkan pertolongan medis dengan cepat. 

 

PHR

 

Cara Menangani Alergi Susu Formula pada Bayi 

 

Reaksi alergi yang muncul akibat konsumsi susu formula dapat beragam mulai dari gejala ringan sampai berat. Penatalaksanaannya meliputi: 

 

1. Menghindari penyebab 

 

Tidak memberikan susu formula berbahan dasar susu sapi merupakan pencegahan dan tatalaksana awal. Namun perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi bayi karena banyaknya nilai gizi dalam susu. Konsultasi dengan dokter spesialis anak diperlukan untuk membantu menentukan jenis susu formula yang aman untuk bayi di mana dapat menggunakan susu soya atau terhidrolisasi. 

 

Baca Juga: Manfaat Minum Susu Malam Hari Sebelum Tidur

 

2. Tetap memberikan ASI 

 

ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat baik untuk tumbuh kembang bayi. Studi menunjukan bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan mempunyai risiko yang lebih kecil untuk menderita alergi. 

 

3. Antihistamin dan steroid 

 

Penggunaan obat golongan antihistamin dan steroid, dapat memperbaiki gejala alergi yang muncul seperti mata bengkak, hidung berair, urtikaria, dan sebagainya. Pada gejala ringan dapat diberikan dalam bentuk sediaan obat minum, dan pada gejala yang lebih berat dapat diberkan secara suntikan. 

 

4. Obat muntah dan diare 

 

Gejala alergi pada sistem pencernaan anak dapat mengganggu penyerapan makanan sehingga diperlukan pemberian obat antimuntah dan diare, sesuai dengan petunjuk dokter.

 

5. Nebulisasi 

 

Alergi makanan yang mencetuskan asma dan sesak nafas memerlukan bantuan nebulisasi untuk melonggarkan jalan nafas dan meredakan gejala, dengan atau tanpa tambahan oksigen. 

 

Baca Juga: Alergi Makanan pada Bayi: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Penanganannya

 

Agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, bayi membutuhkan nutrisi yang optimal dan seimbang, salah satunya juga dari susu. Selalu berkonsultasi dengan dokter apabila bayi menunjukkan gejala alergi agar dapat diatasi dan diberikan panduan mengenai jenis susu yang tepat.

 

dr. Eduard Leonid

dr.Eduard Leonid

dr. Eduard Leonid adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Penulis saat ini bekerja sebagai dokter tetap di RS SMC Telogorejo Semarang.

  1. ASCIA. (2022). Cow’s Milk (Dairy) Allergy. ASCIA. https://www.allergy.org.au/patients/food-allergy/cows-milk-dairy-allergy 

  2. CDC. (2022, May 16). How Much and How Often to Feed Infant Formula. CDC. https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/formula-feeding/how-much-how-often.html 

  3. Mayo Clinic. (2022, February 25). Infant and toddler health. Mayo Clinic. 

  4. NHS. (2019, October 17). Types of formula. NHS. https://www.nhs.uk/conditions/baby/breastfeeding-and-bottle-feeding/bottle-feeding/types-of-formula/ 

  5. Vandenplas, Y., Brough, H. A., Fiocchi, A., Miqdady, M., Munasir, Z., Salvatore, S., Thapar, N., Venter, C., Vieira, M. C., & Meyer, R. (2021). Current Guidelines and Future Strategies for the Management of Cow’s Milk Allergy. Journal of Asthma and Allergy, Volume 14, 1243–1256. https://doi.org/10.2147/JAA.S276992 

  6. Verduci, E., di Profio, E., Cerrato, L., Nuzzi, G., Riva, L., Vizzari, G., D’Auria, E., Giannì, M. L., Zuccotti, G., & Peroni, D. G. (2020). Use of Soy-Based Formulas and Cow’s Milk Allergy: Lights and Shadows. Frontiers in Pediatrics, 8. https://doi.org/10.3389/fped.2020.591988 

  7. WHO. (2021, June 9). Infant and young child feeding. WHO. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/infant-and-young-child-feeding

Bagikan ke orang terdekat anda

Baca juga :

We will contact you shortly

Thank you for contacting the Carevo team, our team will

immediately contact you with related topics