
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Spastisitas merupakan kondisi saat tonus otot meningkat sehingga menjadi kaku, kencang, dan terkadang menimbulkan kontraksi terus menerus. Hal ini diakibatkan adanya gangguan atau kerusakan jalur syaraf dari sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) yang bertugas mengatur gerakan otot.
Penyebab utama timbulnya spastisitas adalah gangguan atau kerusakan pada sistem syaraf yang mengontrol gerakan. Kerusakan ini dapat disebabkan antara lain:
Pada anak-anak, spastisitas terutama disebabkan kondisi cerebral palsy (CP), di mana di Amerika Serikat menyerang 2-3 anak per 1000 kelahiran. CP mayoritas disebabkan karena kelainan saat kehamilan, terutama saat trimester pertama di mana terjadi perkembangan otak yang tidak normal atau kerusakan otak janin.
Baca juga: Makanan untuk Menjaga Kesehatan Sistem Saraf
Faktor risiko gangguan perkembangan atau kerusakan ini sendiri bermacam-macam, seperti:
Gejala pada bayi atau anak yang menderita spastisitas khususnya CP antara lain:
Tonus otot yang baik diperlukan tubuh agar dapat bergerak dengan baik, seperti duduk, merangkak, dan berjalan. Tonus yang baik dapat mempertahankan posisi tubuh dengan kuat. Pada anak dengan CP, tidak ada koordinasi yang baik antar otot sehingga tonus otot menjadi tidak normal. Sebagai contoh, otot tangan menjadi kaku sehingga menghambat gerakan yang normal, sebaliknya otot perut dan punggung menjadi lemas sehingga tidak dapat mempertahankan posisi tubuh (tidak dapat duduk atau berdiri).
Kekakuan otot yang melibatkan otot tangan dan kaki menyebabkan gerakan menjadi terhambat, kaki menyilang, kontraktur, atau anggota gerak yang meregang berlebihan (overflexed) sehingga menyebabkan gangguan berjalan, seperti pincang, salah satu kaki kaku dan berjalan menyeret.
Refleks adalah gerakan tubuh yang tidak disadari akibat rangsangan tertentu. Refleks primitif adalah refleks yang muncul pada bayi baru lahir dan akan menghilang seiring perkembangan bayi. Refleks primitif yang tidak muncul saat bayi baru lahir atau justru tidak menghilang pada usia yang seharusnya dapat menandakan adanya CP.
Pada CP ditemukan postur tubuh yang asimetris seperti satu kaki terlipat ke dalam dan kaki yang lain ke luar dan respons postural dan keseimbangan yang tidak ada atau asimetris. Contohnya pada bayi usia 4-5 bulan bila bayi diposisikan berbaring, mengarahkan kepala ke bawah akan menyebabkan kaki bayi ikut turun dan sebaliknya, mendongakkan kepala bayi menyebabkan kaki terangkat. Tidak adanya respons ini dapat merupakan tanda CP.
Pada usia 6 bulan bayi mulai belajar duduk dan semakin bertambah usia dapat duduk tanpa bantuan. Ketidakmampuan bayi untuk duduk tanpa bantuan pada usia seharusnya menandakan adanya kelainan perkembangan.
Kakunya otot karena spastisitas CP menyebabkan anak sulit melakukan fungsi motorik kasar seperti berjalan, berlari, atau melompat. Pada usia dini, bayi tidak dapat tengkurap atau merangkak.
Beberapa contoh gerakan motorik halus adalah memegang benda, menumpuk mainan, atau memegang pensil warna. Gangguan pada gerakan ini juga menandakan adanya kekakuan otot pada CP.
Fungsi oral pada anak tidak hanya berbicara, namun juga mengunyah dan menelan. Anak yang tidak dapat menelan air liur (drooling) atau sering tersedak saat minum merupakan tanda adanya gangguan otot sekitar mulut dan leher.
Gerakan tremor (bergetar) yang berlebihan pada anak juga dapat merupakan tanda adanya kelainan sinyal syaraf dan otot.
Pencegahan spastisitas pada anak
Pengobatan kondisi spastisitas anak, terutama CP, membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak, selain anak tentu juga orang tua. Fokus utama adalah pada pencegahannya. Beberapa penelitian menyebutkan mencegah kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah cara pencegahan yang signifikan. Perawatan antenatal (selama kehamilan) dan perinatal (saat melahirkan dan setelahnya) merupakan hal penting. Tidak menggunakan obat-obatan terlarang dan zat-zat berbahaya seperti rokok juga turut berkontribusi.
Selalu jaga kesehatan anda, dan catat gejalanya dengan aplikasi Personal Health Record dari Carevo.
About Cerebral Palsy. (2022). https://www.cerebralpalsy.org/about-cerebral-palsy/definition
Metz, C., Jaster, M., Walch, E., Sarpong-Bengelsdorf, A., Kaindl, A. M., & Schneider, J. (2022). Clinical Phenotype of Cerebral Palsy Depends on the Cause: Is It Really Cerebral Palsy? A Retrospective Study. Journal of Child Neurology, 37(2), 112–118. https://doi.org/10.1177/08830738211059686
Nationwide Children’s Hospital. (2021). Spasticity. https://www.nationwidechildrens.org/conditions/spasticity
NINDS. (2022, April 25). Spasticity. NINDS. https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/spasticity
Patel, D. R., Neelakantan, M., Pandher, K., & Merrick, J. (2020). Cerebral palsy in children: a clinical overview. Translational Pediatrics, 9(Suppl 1), S125–S135. https://doi.org/10.21037/tp.2020.01.01
Pietrangelo, A. (2019, September 6). What Causes Muscle Spasticity? Healthline. https://www.healthline.com/health/spasticity
Pilitsis, J. G., & Khazen, O. (2022). Spasticity. AANS. https://www.aans.org/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Spasticity
Rivelis, Y., Zafar, N., & Morice, K. (2022). Spasticity. In StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing.
Sullivan, M., Baldwin, K. D., Kennedy, B. C., & Chen, S.-S. L. (n.d.). Spasticity. Retrieved June 5, 2022, from https://www.chop.edu/conditions-diseases/spasticity
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics