Beranda > Artikel > Cotard Delusion: Pengertian, Gejala, dan Cara Penanganannya

Cotard Delusion: Pengertian, Gejala, dan Cara Penanganannya

cotard delusion

Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang merasa dirinya sudah meninggal padahal orang tersebut masih ada dan berbicara dengan kita? Bila Anda menjawab ‘Ya’ barangkali Anda baru saja bertemu dengan seseorang yang menderita sebuah kondisi langka yang disebut cotard delusion. Pernahkah Anda mendengar istilah tersebut? Bila belum, mari kita simak dan kita cari tahu apa itu cotard delusion, apa saja gejalanya, dan bagaimana cara penanganannya. Semua akan dibahas dalam artikel ini. 

 

Apa itu Cotard Delusion? 

 

Cotard delusion atau disebut juga Cotard’s syndrome adalah suatu kondisi yang langka yang dialami oleh seseorang dan orang tersebut merasa bahwa dirinya telah meninggal, atau merasa kehilangan anggota tubuhnya. Kondisi ini dimasukkan ke dalam gangguan neuropsikiatrik.  

Istilah ini pertama kali disebutkan pada tahun 1880, namun sampai saat ini cotard delusion masih menjadi bahan perbincangan di kalangan medis apakah dapat dimasukkan ke dalam suatu gangguan atau suatu kumpulan gejala yang dialami oleh seseorang akibat adanya kondisi neurologis sebelumnya.  

 

Penyebab Terjadinya Cotard Delusion 

 

Gangguan ini seringkali mengiringi dan disebabkan oleh karena adanya gangguan kondisi mental seorang pasien sebelumnya, seperti kondisi depresi berat, kecemasan berlebih, atau kondisi kejiwaan lainnya. Di dalam sebuah literatur dari 100 kasus cotard delusion ditemukan bahwa diagnosis penyebab terseringnya adalah kondisi depresi berat.  

Selain gangguan psikiatrik, kondisi-kondisi berikut bisa mencetuskan munculnya sindrom cotard ini: 

  1. Epilepsi 
  2. Riwayat trauma pada otak 
  3. Gangguan pembuluh darah, seperti infark pembuluh darah otak, malformasi pembuluh darah otak. 
  4. Adanya tumor pada otak
  5. Penyakit Parkinson 
  6. Reaksi efek samping obat-obatan 
  7. Infeksi otak salah satunya adalah encephalitis

 

Baca Juga: Mari Memahami Kondisi Mati Batang Otak 

 

Gejala-Gejala yang Dialami Penderita Cotard Delusion 

 

Cotard delusion memiliki hubungan yang sangat erat dengan kondisi depresi sehingga gejala-gejala yang muncul juga hampir serupa dengan kondisi depresi. Berikut ini adalah gejala-gejala yang muncul pada penderitanya: 

  1. Seseorang merasa dan menganggap dirinya tidak nyata dan telah meninggal. Gejala ini menunjukkan seseorang menyangkal bahwa dirinya masih hidup. Ini merupakan salah satu gejala tersering. 
  2. Penyangkalan diri bahwa penderita mengalami kelumpuhan dan anggota tubuhnya hilang atau tidak ada. Selain itu pada penderita yang sedang hamil, mereka merasa tidak hamil atau menyangkal dirinya hamil.  
  3. Penderita tampak gelisah, cemas, Penderita tampak tidak dapat berkosentrasi dengan apa yang sedang ia kerjakan. 
  4. Merasa bersalah. Feeling guilty menjadi salah satu gejala depresi dan bisa ditemukan pula pada kasus ini.  
  5. Keinginan untuk mati. Pada tekanan yang lebih berat lagi, seseorang yang mengalami cotard delusion memiliki keinginan untuk bunuh diri. Ide-ide seperti ini seringkali ditemukan pada kasus depresi berat. 

Gejala-gejala lain bisa saja muncul dan ditemukan pada kasus-kasus cotard delusion. Namun gejala-gejala yang paling utama mengarah pada kondisi depresi ditandai kehilangan semangat hidup, tidak ingin berbuat apa-apa, dan menyangkal bahwa dirinya masih hidup atau merasa kehilangan anggota tubuhnya. 

 

Baca Juga: Inilah Perbedaan Stres Dan Depresi

 

Mendiagnosis Cotard Delusion

 

Saat Anda menemukan seseorang menunjukkan gejala-gejala yang disebutkan diatas pada diri keluarga Anda atau orang-orang yang Anda kenal cukup dekat sangat dianjurkan untuk dibawa ke dokter untuk memperoleh penanganan secara cepat. Pada kasus seperti ini, dokter akan melakukan pemeriksaan mendetil, terutama di bagian anamnesis (tanya jawab). Bagian ini akan selalu menjadi pembuka untuk menggali awal permasalahan yang dialami oleh seseorang. Umumnya pada pertemuan awal dengan dokter kejiwaan, belum dapat tergali permasalahannya. Anamnesis memerlukan waktu beberapa sesi sehingga kasus-kasus kejiwaan seperti ini dapat memakan waktu yang lebih lama.  

Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari kemungkinan penyebab lain dan ada atau tidaknya penyakit penyerta seperti penyakit infeksi. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan normal bila tanpa ada ditemukannya masalah fisik.  

Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan penunjang. Berikut ini pemeriksaan yang dokter akan sarankan: 

 

1. Pemeriksaan electroencephalogram (EEG).

 

Pada kondisi epilepsi EEG ini menjadi rujukan utama untuk menunjukkan penyebab munculnya kelainan. 

 

PHR

 

2. Pemeriksaan CT (computed tomography) -Scan atau MRI (magnetic resonance imaging) otak.

 

Kedua pemeriksaan ini untuk mencitrakan kondisi otak seseorang untuk mengetahui apakah ada kelainan baik struktur otak, struktur pembuluh darah, atau temuan seperti adanya tumor di otak. 

 

3. Pemeriksaan darah dan urine

 

Kedua sampel ini diambil dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada riwayat infeksi pada tubuh penderita yang bisa memicu terjadinya infeksi otak. Selain untuk mencari bukti infeksi, tujuan ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat penyalahgunaan obat-obatan. 

 

Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Depresi dengan Tepat 

 

Cara Penanganan Cotard Delusion

 

Penanganan cotard delusion memerlukan sejumlah obat-obatan dan terapi konseling, berikut ini adalah cara penanganan penyakit ini: 

  1. Medikasi antidepresan 
  2. Medikasi antipsikotik 
  3. Psikoterapi (Terapi ini menjadi komponen penting untuk mengajak penderita mengetahui apa yang sedang ia alami, dan mengedukasi bagaimana ia dapat mengalihkan apa yang ia alami menjadi sesuatu yang berguna untuk diri penderita)
  4. Menghentikan semua obat-obatan yang sebelumnya dikonsumsi. 
  5. Cognitive Behavioral Therapy (CBT). 

 Cotard delusion merupakan gangguan mental berat yang sangat memerlukan penanganan yang tepat dan cepat. Gejala-gejala yang dialami cukup luas dan bisa menyebabkan gangguan yang lebih berat lagi, seperti ide-ide bunuh diri apabila tidak tertangani dengan baik dan benar. Oleh karena itu apabila Anda menemukan ada orang-orang yang menunjukkan gejala-gejala seperti yang sudah disebutkan maka, segeralah membawa penderita ke dokter kejiwaan untuk memperoleh pertolongan.  

Albert

dr. Eduard Leonid

dr. Albert

Dr. Albert Novianto lahir di Jakarta, 14 November 1992. Penulis menempuh pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya Jakarta dan menyelesaikan pendidikan di tahun 2017.

  1. Sahoo, A., & Josephs, K. A. (2018). A neuropsychiatric analysis of the Cotard delusion. Journal of Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences, 30(1), 58–65. https://doi.org/10.1176/appi.neuropsych.17010018 
  2. Legg, T.J. Cotard Delusion and Walking Corpse Syndrome. Healthline September 2018. [Internet]. Diakses dari: https://www.healthline.com/health/cotard-delusion Pada: 27 September 2022 
  3. Grover S, Aneja J, Mahajan S, Varma S. Cotard’s syndrome: Two case reports and a brief review of literature. J Neurosci Rural Pract. 2014 Nov;5(Suppl 1):S59-62. doi: 10.4103/0976-3147.145206. PMID: 25540544; PMCID: PMC4271387. 
  4. Berrios GE, Luque R. Cotard’s syndrome: Analysis of 100 cases. Acta Psychiatr Scand. 1995;91:185–8. 

Bagikan ke orang terdekat anda

Baca juga :

We will contact you shortly

Thank you for contacting the Carevo team, our team will

immediately contact you with related topics