
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Paru merupakan salah satu organ vital yang berperan penting dalam pernafasan seseorang. Organ ini berfungsi memasukkan oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon dioksida. Pada fibrosis paru (pulmonary fibrosis), yang ditandai dengan adanya jaringan parut (scar), menyebabkan paru menjadi kaku dan menebal sehingga dapat mengganggu proses pernapasan.
Penebalan jaringan paru membuat oksigen tidak dapat masuk ke dalam darah dan membuat tubuh mengalami hipoksia (kekurangan oksigen). Kerusakan pada paru yang mengalami fibrosis merupakan kerusakan yang irreversible, tidak dapat diperbaiki. Pada perkembangannya kondisi ini dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Di dunia, penyakit ini diperkirakan menyerang setiap 7-10 orang per 100.000 penduduk.
Fibrosis paru dapat disebabkan beberapa macam hal, yaitu:
Paparan terhadap bahan kimia yang berlangsung lama dan terus menerus dapat menyebabkan timbulnya fibrosis di paru. Bahan kimia tersebut dapat berupa:
Dapat dijumpai pada pembuat keramik, tambang logam dan batu bara, pekerja pada penuangan besi dan baja, pabrik semen, amplas, atau gelas.
Paparan debu asbes dapat dijumpai di area tambang dan industri asbes, pipa, atau area dengan tingkat polusi yang tinggi.
Debu logam seperti chromium dapat menumpuk di paru dan menyebabkan scar.
Debu karbon dari batu bara dapat menumpuk di baru dan paparan dalam waktu lama dapat menyebabkan munculnya jaringan parut di paru.
Kotoran hewan dapat mengandung zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, yang apabila terhirup dalam waktu lama dapat menyebabkan penumpukan zat tersebut di paru dan menyebabkan pembentukan fibrosis.
Baca Juga: Seasonal Affective Disorder: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Terapi radiasi (radioterapi) merupakan salah satu pilihan terapi pada pengobatan kanker, namun paparan radiasi ini sendiri juga dapat membawa dampak pada paru.
Tingkat kerusakannya dipengaruhi oleh berapa banyak jumlah radiasi yang diterima, di bagian mana saja, dan apakah ada penyakit paru lain yang mendasari, dan dapat memperburuk efek sampingnya.
Deteksi dini adanya radang paru sangat penting bagi pasien yang mendapatkan terapi radiasi, karena dokter dapat memberikan terapi yang tepat dan mengatur dosis radiasi untuk mencegah perburukan.
Selain radioterapi, penggunaan obat-obatan kemoterapi juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru. Obat-obatan untuk mengontrol irama jantung (pada pasien gangguan irama) dan beberapa antibiotik juga dapat mencetuskan timbulnya fibrosis.
Beberapa penyakit dapat turut berperan dalam timbulnya fibrosis paru, antara lain penyakit jaringan ikat (connective tissue diseases) seperti lupus, artritis rematoid, sklerosis sistemik, dan penyakit sistemik lain seperti pneumonia, sarkoidosis, histiositosis, dan lain-lain.
Pada orang tua dengan gangguan menelan (pada pasien stroke lama atau gangguan otot dan syaraf yang membuat lumpuh) dapat mengalami aspirasi, yaitu adanya sebagian makanan atau minuman yang masuk ke paru, atau penderita GERD (adanya refluks asam lambung), yang bila berlangsung lama dapat menyebabkan peradangan di paru dan menimbulkan fibrosis.
Selain penyebab tersebut, ada beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya fibrosis paru, seperti:
Baca Juga: Kenali Penyebab dan Faktor Risiko dari Kelebihan Hormon Testosteron Pada Wanita
Gejala yang dialami pasien fibrosis paru antara lain:
Jaringan parut di paru menyebabkan gangguan fungsi oksigenasi sehingga tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Kondisi yang dikenal dengan hipoksia ini membuat pasien berusaha mengambil oksigen sebanyak mungkin dengan cara meningkatkan frekuensi nafas sehingga membuat nafas pasien menjadi cepat dan pendek.
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap adanya benda asing yang masuk ke paru. Adanya jaringan parut memicu respon tersebut dan pasien menjadi sering batuk.
Pada pemeriksaan didapatkan suara nafas tambahan seperti bunyi gesekan (crackles), yang dapat didengarkan dengan stetoskop.
Pada orang normal, saat beraktivitas seperti olahraga, paru akan meningkatkan kapasitas nya sehingga oksigen yang masuk bertambah. Pada fibrosis paru, karena jaringan paru yang sehat sangat terbatas, membuat kompensasi ini terganggu dan pasien tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup sehingga menjadi mudah lelah dan sesak.
Fibrosis paru yang semakin berat membuat tekanan di paru menjadi tinggi sehingga terjadi hambatan aliran darah ke jantung dari paru dan menyebabkan refluks aliran darah sehingga timbul bengkak di kaki dan organ lain. Pada tahap yang semakin lanjut menyebabkan gagal jantung kanan.
Dengan pengobatan yang tepat progresivitas penyakit ini dapat diperlambat dan menjaga kualitas hidup pasien. Pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:
Oksigen memang tidak dapat memperbaiki kerusakan paru, namun dapat mengurangi gejala sesak nafas dan tekanan di jantung kanan, sehingga membuat pasien merasa lebih nyaman.
Obat steroid dapat menekan proses peradangan yang terjadi di paru dan diharapkan dapat menekan progresivitas penyakit.
Pirfenidone merupakan salah satu obat antifibrosis yang dapat menghambat proses pembentukan jaringan parut di paru. Namun penggunaannya harus berhati-hati, karena obat ini dapat meningkatkan fungsi hati dan menyebabkan reaksi fotosensitif (kulit seperti terbakar saat terkena sinar ultraviolet).
Pada pasien dengan fibrosis paru tidak jarang ditemukan adanya penyakit lain seperti GERD, atau penyakit autoimun seperti lupus dan artritis rematoid yang menyerang jaringan ikat. Mengatasi penyakit-penyakit tersebut dapat membantu dalam penanganan fibrosis paru.
Baca Juga: Herpes Labialis: Pengertian, Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Mengobati
Fibrosis paru yang sudah terjadi tidak dapat diperbaiki dan pada kondisi berat fungsi paru sudah sangat minimal sehingga memerlukan transplantasi.
Karena fibrosis paru merupakan penyakit yang irreversible, pencegahannya menjadi sangat penting, seperti:
Leon
dr. Eduard Leonid adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Penulis saat ini bekerja sebagai dokter tetap di RS SMC Telogorejo Semarang.
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics