Pernahkah Anda merasa tidak mampu untuk bangun dan bahkan menggerakan tubuh Anda tiba – tiba saat Anda sedang tertidur? Anda berusaha untuk bergerak, namun tubuh Anda tidak dapat digerakkan. Anda berusaha untuk berteriak, namun Anda tidak dapat bersuara. Bahkan terkadang peristiwa ini diikuti dengan adanya halusinasi, mimpi buruk, dan sensasi seperti di cekik. Peristiwa ini dikenal juga dengan nama Sleep Paralysis.
Sleep Paralysis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya kendali otot secara singkat, yang disebut atonia, yang terjadi sesaat setelah Anda tertidur atau terbangun dari tidur. Selain atonia, seseorang yang mengalami Sleep Paralysis juga akan mengalami halusinasi selama episode tersebut.
Sleep paralysis dikategorikan sebagai salah satu tipe parasomnia, dimana parasomnia sendiri merupakan perilaku tidur yang tidak normal. Sleep Paralysis merupakan gangguan tidur yang terkait dengan fase tidur rapid eye movement (REM). Standar fase REM ditandai dengan adanya mimpi yang kuat disertai juga dengan atonia, sehingga mencegah seseorang untuk mempraktikkan mimpi yang dialami. Namun dalam keadaan yang normal, atonia akan berakhir ketika seseorang terbangun dari tidurnya, sehingga seseorang kembali sadar dan dapat bergerak.
Terdapat 2 jenis Sleep Paralysis, yaitu Isolated Sleep Paralysis, dimana jenis ini tidak berkaitan dengan diagnosis narcolepsy, suatu kelainan saraf yang menghambat otak untuk mengendalikan kemampuan untuk terbangun sehingga menyebabkan Sleep Paralaysis. Jenis kedua ialah Recurrent Sleep Paralysis yang menimbulkan beberapa episode Sleep Paralysis.
Baca juga: Sleep Apnea: Gejala, Penyebab, Cara Mencegah, dan Cara Mengobatinya
Gejala utama Sleep Paralysis meruapakan atonia atau ketidakmpampuan tubuh untuk bergerak. Atonia terjadi sesaat setelah Anda tertidur atau terbangun, dan selama episode tersebut beralangsung, seseorang akan merasa terbangun namun tidak dapat menggerakan tubuhnya. Episode Sleep Paralysis pada umumnya berlangsung selama beberapa detik hingga sekitar 20 menit. Rata – rata berlangsung selama 6 – 7 menit. Sebagian besar episode akan berhenti dengan sendirinya oleh karena adanya interupsi berupa sentuhan maupun suara dari orang lain. 75% episode Sleep Paralysis melibatkan adanya halusinasi yang berbeda – beda dalam bentuk mimpi. Terdapat beberapa halusinasi, yaitu:
Halusinasi ini berupa adanya persepsi “adanya orang berbahaya” atau kehadiran orang lain di dalam ruangan.
Halusinasi ini dinamakan juga incubus hallucinations, yaitu adanya rasa seperti tertekan pada dada maupun perut, dan rasa seperti dicekik. Halusinasi jenis ini seringkali disertai dengan halusinasi intruder.
Halusinasi ini menyebabkan adanya sensasi seperti sedang terbang, atau jiwa yang meninggalkan tubuh.
Baca juga: 5 Fungsi Hormon Melatonin untuk Kebutuhan Tidur
Sleep paralysis dapat terjadi pada berbagai usia, namun seringkali muncul ketika kanak – kanak dan remaja (usia 7 – 25 tahun). Bila dialami pada usia remaja, episode Sleep Paralysis dapat terjadi lebih sering di usia selanjutnya 20 – 30 tahun. Sekitar 8% orang akan mengalami Sleep Paralysis dalam hidupnya, namun data ini harus lebih banyak diteliti.
Penyebab pasti terjadinya Sleep Paralysis hingga saat ini masih belum pasti, namun para penleiti percaya bahwa Sleep Paralysis dipicu oleh banyak faktor.
Gangguan tidur merupakan faktor risiko yang memililiki korelasi paling kuat dengan kejadian Sleep Paralysis. Di dalam suatu penelitian menyebutkan bahwa 38% dari penelitian tersebut merupakan seseorang yang memiliki OSA (obstructive sleep apnea), yaitu gangguan tidur dengan kegagalan napas yang berulang. Sleep Paralysis juga sering ditemukan pada orang yan gmengalami kram kaki di malam hari.
Gejala insomnia yang ditandai dengan sulitnya seseorang untuk tertidur dan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari merupakan gejala yang berkaitan dengan Sleep Paralysis. Seseorang yang memiliki ritme sirkadian yang tidak sesuai dengan waktu lokal siklus pagi-malam (misalnya pada orang dengan jet lag, atau bekerja dengan shift), juhga merupakan seseorang dengan risiko tinggi mengalami Sleep Paralysis.
Baca juga: Cara Menghilangkan Insomnia dengan Tepat
Kesehatan mental berhubungan dengan Sleep Paralysis. Seseorang dengan gangguan cemas, termasuk gangguan panik, merupakan orang – orang yang lebih sering mengalami Sleep Paralysis. Sleep paralysis juga paling sering ditemukan pada orang dengan gangguan PTSD (post-traumatic stress disorder), dan orang yang pernah mengalami pelecehan seksual di masa kanak – kanak, ataupun jenis stres fisik dan empsional lainnya. Penghentian konsumsi alkohol dan antidepresan juga dapat menyebabkan rebound pada fase REM, sehingga dapat menyebabkan terjadinya Sleep Paralysis.
Penelitian menyebutkan bahwa Sleep Paralysis lebih sering terjadi pada seseorang dengan riwayat keluarga yang pernah mengalami Sleep Paralysis. Namun hal ini bukan merupakan faktor genetik.
Baca juga: Gejala Susah Tidur
Sebagian besar Sleep Paralysis bukanlah merupakan kondisi yang berbahaya. Kondisi ini merupakan kondisi ringan yang pada umumnya tidak sering terjadi sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, 10% orang dengan Sleep Paralysis mengalami episode yang sering sehingga menyebabkan stres. Akibatnya, mereka berpikiran buruk saat mau tidur, mengurangi waktu tidur, atau menjadi cemas sebelum tidur, hingga menyebabkan kesulitan untuk tertidur.
Inilah beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menangani Sleep Paralysis:
Anda perlu melakukan konsulasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab yang membuat Anda sering mengalami episode Sleep Paralysis. Misalnya untuk mendeteksi adanya kelainan saraf narcoilepsy, maupun cara untuk mengurangi sesak napas saat tidur.
Sleep Hygiene merupakan cara baik untuk mencegah Sleep Paralysis. Sleep Hygiene dilakukan pada susunan kamar dan kebiasaan Anda untuk meningkatkan kualitas tidur. Contoh sleep hygiene ialah:
Baca juga: 7 Makanan Yang Mengandung Melatonin untuk Kebutuhan Tidur
Penulis : dr. Madelina Serenita
Selalu jaga kesehatan anda, dan catat gejalanya dengan Aplikasi Personal Health Record dari Carevo.
Roybal, B. (2020, October 17). Sleep Paralysis. Retrieved from Web MD: https://www.webmd.com/sleep-disorders/sleep-paralysis#.
Sleep Paralysis: Causes, Symptoms, Treatment, and Prevention. (2022, March 18). Retrieved from UPMC: https://share.upmc.com/2015/04/what-causes-sleep-paralysis/
What You Should Know About Sleep Paralysis. (2022, June 24). Retrieved from Sleep Foundation: https://www.sleepfoundation.org/parasomnias/sleep-paralysis
Cohut, M. (2018, April 20). A waking nightmare: The enigma of sleep paralysis. Retrieved from Medical News Today: https://www.medicalnewstoday.com/articles/321569
Sleep Paralysis: Causes, Symptoms and Treatments. (n.d.). Retrieved from American Sleep Association: https://www.sleepassociation.org/sleep-disorders/more-sleep-disorders/sleep-paralysis/
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics