Beranda > Artikel > Gejala Virus Omicron yang Penting untuk Anda Ketahui

Gejala Virus Omicron yang Penting untuk Anda Ketahui

gejala virus omicron

Bagaimana varian omicron dapat menyebar?

Omicron, yang kali pertama ditemukan di Afrika Selatan pada bulan November 2021, merupakan salah satu varian SARS-CoV-2 yang merupakan penyebab COVID-19 yang saat ini mendominasi di seluruh dunia. Varian ini dikategorikan sebagai Varian of Concern (VOC) oleh WHO. VOC sendiri memiliki karakteristik yaitu varian ini dapat menyebar dengan sangat cepat, meningkatkan keparahan penyakit, atau dapat mengganggu proses diagnosis, menurunkan efektifitas pengobatan, dan menurunkan efektivitas vaksin. Varian yang tergolong VOC dapat memiliki salah satu atau kombinasi dari ciri-ciri tersebut. Omicron termasuk kategori VOC karena sudah terbukti menyebabkan peningkatan transmisi (penularan) dan dapat melewati sistem imunitas atau kekebalan. Dibandingkan varian lain, seperti Delta, Omicron memiliki lebih dari 20 mutasi protein.

Data dari CDC dan WHO menyebutkan bahwa varian ini lebih menular dibandingkan Delta, dan juga lebih mudah menyebabkan infeksi ulang (reinfeksi) orang yang sudah pernah terinfeksi COVID-19. Di Indonesia varian ini menyebabkan peningkatan kasus infeksi secara signifikan. Pada pertengahan Februari 2022, tercatat kenaikan kasus COVID-19 sudah mencapai 40% per minggu nya dengan total kumulatif kasus menembus 5 juta kasus dan kasus aktif lebih dari 460 ribu.

 

Apa saja gejala-gejala infeksi varian Omicron?

Gejala dari varian Omicron tidak jauh berbeda dibandingkan gejala COVID-19 pada umumnya, meskipun pada penelitian awal menunjukkan gejala infeksinya relatif lebih ringan dibandingkan varian Delta, seperti:

  • Demam
  • Nyeri atau gatal di tenggorokan
  • Batuk
  • Nyeri kepala
  • Hidung buntu
  • Nyeri di persendian

Hilangnya kemampuan indra pencium (anosmia) dan pengecap (ageusia) relatif lebih jarang ditemukan pada infeksi akibat varian Omicron.

Seseorang yang telah divaksin lengkap tetap memiliki risiko infeksi Omicron karena kemampuannya untuk melewati sistem kekebalan tubuh pasca vaksinasi (vaccine breakthrough). Namun pada orang yang belum divaksinasi atau dengan penyakit komorbid (penyerta), seperti usia tua, penyakit jantung, ginjal, kanker, dan lain-lain, gejala infeksi Omicron ini dapat lebih berat, hingga menyebabkan sesak napas dan meningkatkan risiko orang tersebut membutuhkan perawatan intensif dan menggunakan mesin bantu nafas (ventilator). Munculnya long COVID, gejala COVID-19 yang menetap pasca infeksi, tidak dipengaruhi oleh jenis varian ini. Fenomena ini dapat muncul pada semua jenis varian SARS-CoV-2 dan dapat menyerang siapa saja.

 

Bagaimana mencegah penyebaran dan penularannya?

Kemampuan varian Omicron untuk menetralisasi antibodi karena vaksin maupun paparan virus sebelumnya dan tingginya tingkat penularan, membuat pemberian vaksin booster sangat penting. Penelitian menunjukan bahwa pemberian vaksin ketiga (booster) memperlihatkan peningkatan yang signifikan terhadap antibodi yang terbentuk sehingga dapat semakin meningkatkan kekebalan. Hal ini mendorong pemerintah untuk mempercepat proses vaksinasi di seluruh nusantara.

Selain vaksinasi, penerapan gaya hidup sehat dan protokol kesehatan 5M dapat membantu menurunkan laju penularan dan pencegahan virus ini, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan hand sanitizer atau sabun, menjaga jarak minimal 1,5 meter, membatasi mobilitas yang tidak perlu, dan membatasi durasi pertemuan dengan orang lain khususnya yang tidak serumah dan di ruang tertutup dengan ventilasi yang buruk. Di sisi lain, memperkuat 3T (testing, tracing, treatment) juga tidak kalah penting. Menerapkan proses isolasi dengan baik dan benar dapat membantu menghambat penyebaran COVID-19.

Baca juga: 7 Cara Mencegah Omicron Agar Tidak Menyebar Lebih Jauh

 

Referensi

Altarawneh, H. N., Chemaitelly, H., Hasan, M. R., Ayoub, H. H., Qassim, S., AlMukdad, S., Coyle, P., Yassine, H. M., Al-Khatib, H. A., Benslimane, F. M., Al-Kanaani, Z., Al-Kuwari, E., Jeremijenko, A., Kaleeckal, A. H., Latif, A. N., Shaik, R. M., Abdul-Rahim, H. F., Nasrallah, G. K., Al-Kuwari, M. G., … Abu-Raddad, L. J. (2022). Protection against the Omicron Variant from Previous SARS-CoV-2 Infection. New England Journal of Medicine. https://doi.org/10.1056/NEJMc2200133

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI. (2022). 68% Kasus Meninggal Belum Mendapat Vaksinasi Lengkap, Kemenkes Mengingatkan Pentingnya Vaksinasi. In Sehatnegeriku. Kemenkes. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220214/5939323/68-kasus-meninggal-belum-mendapat-vaksinasi-lengkap-kemenkes-mengingatkan-pentingnya-vaksinasi/

CDC. (2022, February 2). Omicron Variant: What You Need to Know. CDC. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/variants/omicron-variant.html

Chen, J., Wang, R., Gilby, N. B., & Wei, G.-W. (2022). Omicron Variant (B.1.1.529): Infectivity, Vaccine Breakthrough, and Antibody Resistance. Journal of Chemical Information and Modeling, 62(2), 412–422. https://doi.org/10.1021/acs.jcim.1c01451

WHO. (2022a). Enhancing response to Omicron SARS-CoV-2 variant:Technical brief and priority actions for Member States.

WHO. (2022b, February 3). Tracking SARS-CoV-2 variants. WHO.

Bagikan ke orang terdekat anda

Baca juga :

We will contact you shortly

Thank you for contacting the Carevo team, our team will

immediately contact you with related topics