
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Komplikasi serius prosedur anestesi selama operasi dengan pemberian gas anestesi ialah hipertermia maligna. Angka fatalitasnya mencapai 70% bila penanganannya telat. Kenali gejalanya, penyebab, dan siapa saja yang beresiko terkena. Jika anda salah satu yang beresiko maka perlu berdiskusi dengan dokter anestesi sebelum prosedur operasi dimulai dan perlu juga konseling genetik karena hipertermia mungkin terjadi pada keturunan anda.
Hipertermia maligna adalah reaksi cepat dan berbahaya tubuh terhadap gas anestesi atau obat pelumpuh otot suksinilkolin sewaktu operasi berupa respon hipermetabolik. Respon hipermetabolik ini menghasilkan panas sehingga menyebabkan hipoksemia, asidosis metabolik, rabdomiolisis (pemecahan otot), dan peningkatan suhu tubuh secara cepat. Hipertermia maligna terjadi karena ada faktor genetik tertentu pada individu. Walau jarang individu ini juga bisa mengalami hipertermia maligna saat berolahraga pada suhu dan kelembaban tinggi.
Pada umumnya individu tidak ada tanda dan gejala apapun sampai terpapar dengan obat anestesi pencetusnya. Riwayat penyakit dahulu atau di keluarga mungkin ada riwayat kelemahan otot bawaan. Tanda Hipertermia maligna dijumpai saat di kamar operasi atau kamar pemulihan sesaat setelah operasi selesai. Tandanya dapat berupa:
Jika terlambat ditanggulangi akan menyebabkan komplikasi sebagai berikut:
Penyebab dari Hipertermia maligna adalah defek pembentukan reseptor Ryanodine (calcium release channel) pada otot skeletal. Kelainan kanal kalsium ini menyebabkan meningkatnya kalsium yang terlepas dari retikulum sarkoplasma ke intrasel, mengakibatkan kontraksi otot skeletal berlebihan (rigiditas). Lepasnya kalsium secara berlebihan juga menyebabkan hipermetabolisme, meningkatkan konsumsi oksigen dan ATP, serta memproduksi CO2, laktat dan panas secara berlebihan. Kelainan gen yang mendasari ada di gen RYR1, CACNA1S, dan STAC3 yang diwariskan dengan sifat autosomal dominan. Orang dengan genetik atau keturunan tersebut dikatakan memiliki kecenderungan hipertermia atau MHS (Malignant Hyperthermia Susceptibility). Sebagai pencetus ialah obat-obatan anestesi inhalasi (Eter, Halothane, Desflurane, Isoflurane, Enflurane, Sevoflurane) dan pelumpuh otot suksinilkolin. Jika diketahui ada MHS dokter anestesi akan menggunakan obat yang lain pada pasien misalnya Nitric Oxide atau NO.
Baca Juga: Kenali Perbedaan Anak Hiperaktif dan Anak ADHD
Jika ada seseorang di keluarga yang menderita hipertermia maligna seperti orang tua dan saudara kandung. Yaitu dari cerita jika mereka mengalami suatu komplikasi yang diduga hipertermia maligna sewaktu menjalani operasi dengan pembiusan.
Usia muda lebih beresiko untuk munculnya hipertermia maligna.
Jika punya penyakit rabdomiolisis atau miopati yang sifatnya kelainan otot genetik maka beresiko juga mengalami hipertermia maligna saat pembiusan. Multi-minicore disease (MmD), central nuclear myopathy, dan King-Denborough syndrome juga menjadi predisposisi terhadap hipertermia maligna.
Tes untuk diagnosa pasti hipertermia maligna adalah biopsi otot dan tes caffeine halothane contracture test (CHCT) langsung pada jaringan otot yang masih segar. Tes ini hanya dapat dikerjakan di laboratorium spesialistik. Seseorang dikatakan malignant hyperthermia susceptible (MHS) bila kedua tes halothane dan caffeine positif dan tidak malignant hyperthermia bila kedua hasilnya negatif. Tes lainnya ialah dengan analisa DNA dengan metode sequencing kromosom yang diambil dari darah. Tes ini dapat dikerjakan pada seseorang dengan riwayat keluarga ada yang mengalami hipertermia maligna untuk memastikan dirinya MHS (Malignant Hyperthermia Susceptibility) atau tidak.
Baca Juga: Hipertonik: Pengertian, Manfaat, dan Jenis Cairan Hipertonik
Pemberian Dantrolene pada saat kecurigaan awal terjadinya suatu hipertermia maligna dapat menjadi penawar dari hipertermia maligna, kerjanya ialah menghalangi pelepasan kalsium dari retikulum endoplasma sel otot dan mengembalikan keseimbangan metabolisme tubuh. Pemberian yang terlambat dapat mengurangi angka keberhasilan. Beberapa pilihan pengobatan untuk hipertermia maligna adalah:
Dantrolene dengan dosis inisial 2.5 mg/kg, ulangi tiap 5-10 menit hingga demam, dan kaku otot berkurang.
Pendinginan dapat dilakukan menggunakan ice pack topikal atau memberikan infus NaCl 0.9% dingin intravena sampai suhu pasien turun <38.5℃.
Pemberian oksigen bisa melalui sungkup ataupun tube endotrakea (ventilator) dengan tujuan mengatur keseimbangan kadar oksigen dan karbondioksida darah.
Obat-obatan untuk mengembalikan frekuensi dan irama jantung menjadi normal.
Pemberian amiodarone adalah tatalaksana lini pertama.
Observasi di ICU 1-2 hari untuk memantau tanda vital stabil dan pemeriksaan laboratorium berupa analisis gas darah, elektrolit, kreatinin kinase, myoglobin, dan lain-lain untuk melihat kondisi dalam tubuh ada penyulit atau tidak.
Baca Juga: Cara Olahraga yang Benar untuk Anda Penderita Hipertensi
Segera temui dokter jika anda atau orang yang anda kasihi ditemukan memiliki gejala dan tanda serupa agar tatalaksana yang cepat dan tepat dapat diberikan oleh ahlinya. Selalu jaga kesehatan anda, dan catat gejalanya dengan Aplikasi Personal Health Record dari Carevo.
Article Reviewed by dr. Andry Yoshua
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics