
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Hipertonik dapat diartikan sebagai kepekatan yang lebih tinggi dibandingkan dalam darah. Kepekatan darah yang sering disebut dengan osmolalitas darah adalah kadar zat terlarut yang dibandingkan dengan pelarutnya. Beberapa hal yang mempengaruhi kepekatan darah antara lain: ion tubuh seperti natrium (sodium), kalium (potassium), klorida (chloride), dan juga protein darah seperti albumin. Kadar osmolalitas darah dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium. Nilai normal nya adalah 275-295 miliosmoles per kilogram berat badan (275-295 mOsm/kg). Nilai osmolalitas ini yang digunakan untuk menentukan apakah cairan termasuk kelompok hipotonik, isotonik, atau hipertonik.
Suatu cairan disebut hipotonik bila tingkat kepekatan cairan tersebut berada di bawah darah, isotonik bila sama atau seimbang, dan hipertonik bila kepekatannya lebih tinggi dari darah. Kadar osmolalitas darah ini dapat berubah-ubah dipengaruhi beberapa kondisi, seperti:
Pada kondisi normal, tubuh dapat mengatur kebutuhan cairan yang diperlukan agar sel-sel dapat berfungsi dengan baik melalui proses osmosis (air akan mengalir dari tempat dengan tekanan tinggi ke tekanan rendah), dan seperti yang sudah diketahui bahwa tubuh manusia terdiri dari 70% komponen cairan di mana sebagian besar berada di dalam sel. Cairan tubuh baik di dalam dan di luar sel saling berinteraksi untuk menjaga keseimbangan (isotonik). Apabila kadar osmolalitas darah naik, maka air dari dalam sel akan keluar untuk mengencerkan sehingga sel akan mengerut, sebaliknya apabila osmolalitas darah turun, maka air akan masuk ke dalam sel dan membuat sel tersebut menggelembung dan pecah.
Cairan baik hipotonik, isotonik, maupun hipertonik banyak dijual di pasaran, yang cukup banyak dijumpai khususnya pada atlet atau olahragawan dalam bentuk minuman olahraga (sport drinks). Minuman olahraga pada umumnya merupakan jenis cairan isotonik yang menjaga keseimbangan cairan yang masuk dan osmolalitas darah. Sedangkan cairan hipertonik mengandung lebih banyak garam dan gula, dan umumnya dikonsumsi pasca latihan fisik berat untuk menggantikan energi dan massa otot yang hilang. Cairan hipotonik biasanya dibutuhkan untuk atlet yang tidak perlu banyak karbohidrat dan menggantikan cairan yang hilang melalui keringat.
Perlu diingat bahwa penggunaan cairan hipertonik, yang mengandung banyak kalori likuid (sehingga lebih mudah dicerna) tidak ditujukan untuk menggantikan air yang hilang karena berkeringat. Cairan hipertonik (seperti minuman bersoda) akan menarik air dari sel-sel ke dalam usus, sehingga justru akan menyebabkan dehidrasi di sel dan akan membuat kita semakin haus. Penggunaan cairan hipertonik pada penderita penyakit-penyakit metabolik seperti diabetes melitus (kencing manis) perlu pertimbangan dari dokter yang merawat.
Baca juga: Menjaga Kesehatan Peredaran Darah
Castera MR, Borhade MB. Fluid Management. [Updated 2021 Sep 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532305/
Mason A, Malik A, Ginglen JG. Hypertonic Fluids. [Updated 2021 Sep 6]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542194/
Blow, A. (n.d.). Different types of sports drink and when to use them. Retrieved February 27, 2022, from https://www.precisionhydration.com/performance-advice/hydration/different-types-of-sports-drink-and-when-to-use-them/#when-to-use-hypertonic-drinks
Holm, G. (2017, June 6). Blood Osmolality Test. Healthline. https://www.healthline.com/health/osmolality-blood
NN. (2019, January 15). Sports Drinks. Diabetes.Co.Uk. https://www.diabetes.co.uk/sports-drinks.html
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics