
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Intoleransi laktosa atau malabsorbsi laktosa merupakan masalah saluran cerna yang sering terjadi. 65% populasi dunia mengalami penurunan kemampuan pencernaan laktosa setelah 1 tahun pertama kehidupan. Intoleransi laktosa dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa usia, umumnya pada rentang usia 20-40 tahun. Intoleransi laktosa pada dewasa terjadi pada 60-70% keturunan Asia Timur. Pada tahun 2019, sebanyak 66% populasi di Indonesia mengalami intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa tidak sama dengan alergi susu sapi, yang disebabkan oleh keterlibatan sistem imun.
Intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan saluran cerna untuk mencerna laktosa, suatu jenis gula yang ditemukan pada susu dan produk turunannya. Beberapa produk olahan yang mengandung laktosa antara lain biskuit dan kue, saus keju, sup krim, custard, cokelat susu, pancake, beberapa olahan telur dadar, dan margarin. Pada kondisi normal, laktosa dicerna oleh enzim laktase di usus halus, agar dapat dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana (glukosa dan galaktosa) untuk diserap oleh usus halus. Adanya penurunan laktase mengakibatkan gangguan absorbsi laktosa di dalam usus.
Laktosa yang tidak terabsorbsi dapat menarik cairan ke dalam rongga usus dan menimbulkan terjadinya diare. Selain itu, laktosa yang tidak dicerna akan terpapar dengan bakteri di usus besar. Bakteri usus besar akan menyebabkan fermentasi laktosa dan menghasilkan gas (hidrogen, karbondioksida, dan metana), yang akan menghidrolisis laktosa menjadi gula sederhana (monosakarida: glukosa dan galaktosa). Namun, gula sederhana tidak dapat diserap pada usus besar dan menyebabkan semakin banyak air yang tertarik ke dalam rongga usus.
Gejala intoleransi laktosa antara lain diare, mual dan muntah, keram perut, serta rasa kembung, yang pada umumnya timbul 30 menit sampai 2 jam setelah konsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa. Derajat keparahan gejala berhubungan dengan jumlah laktosa yang dikonsumsi, sisa enzim laktase yang dapat berfungsi, serta waktu transit makanan di dalam usus. Sebagian orang mungkin masih dapat mengkonsumsi satu gelas susu tanpa menimbulkan gejala, namun sebagian orang lain dapat menimbulkan gejala walaupun hanya terpapar sedikit bagian susu.
Kurangnya enzim laktase merupakan penyebab terjadinya intoleransi laktosa. Terdapat 4 penyebab utama kurangnya enzim laktase, antara lain:
Kekurangan laktase primer, atau lactase non-persistence, merupakan penyebab utama intoleransi laktosa. Terdapat penurunan laktase seiring dengan meningkatnya usia. Penurunan aktivitas enzim laktase dimulai sejak 1 tahun pertama kehidupan dan memberikan gejala saat remaja dan dewasa muda. Saat ini, defisiensi laktase primer diduga berhubungan dengan faktor genetik.
Baca Juga: 5 Makanan yang Dianjurkan untuk Penderita Diabetes
Hal ini disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan usus halus, oleh adanya infeksi usus halus, penyakit Celiac, irritable bowel disease (IBD), penggunaan obat-obatan kemoterapi dan antibiotika.
Defisiensi laktase kongenital jarang ditemukan. Enzim laktase diproduksi dalam jumlah kecil, atau tidak ada, sejak lahir. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor genetik yang diturunkan secara autosomal resesif. Gejala defisiensi laktase kongenital segera terlihat pada bayi baru lahir, setelah mengkonsumsi susu.
Terjadi pada bayi prematur yang lahir pada usia kehamilan 28-37 minggu. Hal ini disebabkan oleh perkembangan usus bayi yang belum berkembang dengan sempurna, sehingga terjadi gangguan hidrolisis laktosa. Sel yang memproduksi laktosa pada usus halus mulai berkembang pada trimester 3 kehamilan. Kondisi ini akan membaik seiring dengan bertambahnya usia, sesuai dengan perkembangan saluran cerna.
Baca Juga: Penuhi Nutrisi Anda Saat Muntaber dengan Makanan Berikut ini
Beberapa faktor risiko yang telah diketahui dalam intoleransi laktosa antara lain:
Pemeriksaan hydrogen breath test dan pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan untuk diagnosis intoleransi laktosa. Hydrogen breath test, merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan pada intoleransi laktosa. Pemeriksaan ini mengukur kadar hidrogen dalam napas sebelum dan sesudah mengkonsumsi cairan mengandung laktosa. Pemeriksaan gula darah dilakukan secara berkala setelah mengkonsumsi cairan yang mengandung laktosa. Hasil yang menunjukkan peningkatan gas hidrogen dan kadar gula darah yang tidak meningkat menandakan adanya intoleransi laktosa.
Bila Anda mengalami intoleransi laktosa, Anda perlu membatasi makanan yang mengandung laktosa seperti susu dan produk-produk turunannya, serta mengganti dengan produk bebas laktosa. Biasakan untuk memeriksa kandungan makanan setiap membeli makanan. Susu dan produk turunannya mengandung kalsium, protein, dan vitamin A, B12, dan D. Laktosa berperan dalam penyerapan mineral lain seperti magnesium dan zink. Vitamin dan mineral tersebut diperlukan dalam pertumbuhan tulang yang sehat. Intoleransi laktosa dapat meningkatkan risiko terjadinya osteopenia, osteoporosis, dan malnutrisi. Untuk itu, penderita intoleransi laktosa sering dianjurkan untuk mengkonsumsi kalsium dan vitamin D.
Baca Juga: 6 Manfaat Gula Jawa yang Manis untuk Kesehatan Tubuh
Bila Anda mengalami gejala intoleransi laktosa, atau membutuhkan saran penanganan untuk keluhan Anda, Anda dapat segera menghubungi Dokter kami melalui Aplikasi Carevo.
Article Reviewed by dr. Angelina Yuwono
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics