Beranda > Artikel > Intracutan: Pengetian, Tujuan, dan Cara Melakukan

Intracutan: Pengetian, Tujuan, dan Cara Melakukan

intracutan adalah

Dalam terapi seseorang ada kalanya diperlukan pemberian suntikan (injeksi) agar pengobatan berjalan dengan baik. Selain itu ada beberapa jenis obat yang dalam pemberiannya harus dilakukan melalui suntikan agar obat dapat bekerja dengan baik. Suntikan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara: 

1. Intravena 

Prosedur penyuntikan dimana obat dimasukkan melalui pembuluh darah balik (vena) pasien. Suntikan biasanya diberikan di tangan pasien. 

2. Intracutan 

Penyuntikan yang dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam jaringan kulit sesuai dengan ketebalannya. 

3. Subkutan 

Penyuntikan di mana obat dimasukkan di bagian bawah kulit (subkutan). 

Baca Juga: Avoidant Personality Disorder: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

4. Intramuskular 

Obat diberikan melalui suntikan yang melewati ketebalan kulit dan mencapai otot. 

5. Intraoseus 

Penyuntikan obat melalui tulang pasien. Merupakan salah satu pilihan untuk memberikan obat dengan cepat pada pasien syok, di mana pembuluh darah menjadi kolaps dan sulit ditemukan untuk penyuntikan secara intravena. Namun tindakan ini mempunyai risiko infeksi pada tulang di tempat tusukan. Biasanya dilakukan pada bayi dan anak di mana pembuluh darahnya sulit ditemukan. 

Penyuntikan intravena merupakan teknik yang paling sulit dibandingkan cara penyuntikan yang lain. Teknik ini membutuhkan keterampilan khusus karena harus menemukan pembuluh darah di dalam kulit pasien, di samping itu juga harus dapat memilih ukuran jarum yang sesuai dengan lebar pembuluh darah tersebut.

Keuntungan teknik intravena yaitu dapat memberikan obat dalam jumlah relatif lebih banyak dibanding ketiga teknik lainnya. Penyuntikan intravena banyak dilakukan di rumah sakit, khususnya pada prosedur pemberian infus. Pada injeksi intracutan, subkutan, maupun intramuskular obat tidak dapat diberikan dalam jumlah banyak, rata-rata 0,5 sampai 1 mililiter. Pemberian obat lebih dari 3 mililiter dapat menyebabkan nyeri dan cedera di jaringan sekitar. 

Beberapa jenis obat suntik dapat diberikan melalui beberapa cara seperti intravena dan intramuskular, namun tidak sedikit obat yang hanya dapat diberikan melalui satu macam cara. Intracutaneous atau intradermal injection (penyuntikan intracutan/intradermal) merupakan salah satu cara penyuntikan yang dilakukan dengan memasukan obat di dalam jaringan kulit.  

PHR

Tujuan injeksi intracutan 

Tujuan pemberian injeksi intracutan adalah agar obat diserap tubuh secara perlahan. 

Injeksi intracutan diperlukan pada kondisi antara lain: 

1. Tes tuberkulin 

Tes tuberkulin (mantoux) merupakan salah satu cara mendeteksi adanya bakteri TB pada pasien. 

2. Mengetahui ada tidaknya reaksi alergi  

Beberapa jenis alergen (zat yang menyebabkan alergi) disuntikan secara intracutan untuk melihat ada tidaknya reaksi alergi terhadap zat tersebut, seperti rinitis alergika, beberapa jenis alergi makanan, dan ekzema. 

3. Pemberian jenis vaksin tertentu 

Vaksin BCG, untuk mencegah gejala berat infeksi TB, diberikan secara intracutan, dan menimbulkan skar sebagai tanda. 

Cara melakukan injeksi intracutan 

Prosedur injeksi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Kesalahan lokasi penyuntikan dapat menimbulkan efek samping bagi pasien. 

Cara melakukan tindakan injeksi intracutan: 

1. Mempersiapkan obat yang akan diberikan. 

Pastikan nama obat pada kemasan sesuai dengan petunjuk dokter dan diperuntukkan bagi pasien yang tepat. 

2. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan. 

Persiapan alat sebelum injeksi: spuit, jarum suntik steril, swab alkohol, dan sarung tangan bersih. 

3. Memastikan identitas pasien. 

Memastikan pasien tersebut memang benar mendapatkan obat injeksi sesuai petunjuk dokter dan ada tidaknya riwayat alergi atau efek samping yang pernah muncul terhadap jenis obat tersebut. 

4. Mengidentifikasi lokasi penyuntikan. 

Hindari menyuntik di area kulit dengan lesi atau luka. Selain menimbulkan ketidaknyamanan untuk pasien, juga dapat menjadi jalur masuk kuman ke dalam tubuh pasien. Juga perlu disampaikan penjelasan mengenai prosedur injeksi yang akan dilakukan, seperti cara melakukan, jenis obat, efek yang diharapkan, dan kemungkinan efek samping yang dapat muncul. 

5. Cuci tangan dengan alkohol atau sabun. 

Mencuci tangan merupakan salah satu cara mencegah kontaminasi kuman ke pasien. Setelah mencuci tangan (dengan alkohol atau sabun) dilanjutkan dengan memakai sarung tangan bersih sekali pakai. 

6. Membersihkan area kulit yang akan disuntik. 

Area kulit yang akan disuntik harus dibersihkan dengan swab alkohol, untuk mencegah kontaminasi kuman dari kulit ikut masuk bersamaan dengan penyuntikan. 

7. Regangkan kulit dan menusukkan jarum. 

Regangkan kulit dengan satu tangan dan tusukkan jarum dengan lubang menghadap atas, membentuk sudut 5-15o terhadap kulit. Secara perlahan posisikan spuit mendatar dan masuk secara perlahan hingga kurang lebih 0,5 mm dan kemudian obat dimasukkan secara perlahan. Setelah obat masuk, akan muncul benjolan kecil di kulit. 

Baca Juga: Alergi Makanan pada Bayi: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Penanganannya

8. Tarik jarum dan tutup bekas suntikan. 

Setelah obat dimasukkan, tarik jarum secara perlahan, usap kulit dengan swab alkohol. Jangan memijat area kulit yang disuntik dan sekitarnya. 

9. Membuat lingkaran di sekitar benjolan. 

Untuk memudahkan mengamati adanya reaksi di kulit, dapat dibuat lingkaran yang mengelilingi benjolan. Apabila ada kemerahan yang melebihi batas lingkaran tersebut menandakan adanya reaksi positif. 

10. Mendokumentasikan tindakan. 

Mencatat proses dan obat yang telah diberikan di tempat yang telah disediakan. 

Lokasi injeksi intracutan 

Lokasi injeksi intracutan pada umumnya di bagian dalam lengan bawah, untuk tes tuberkulin atau tes alergi, dan di bagian luar lengan atas, untuk pemberian vaksin BCG. 

Tujuan penyuntikan intracutan adalah agar obat dilepaskan secara perlahan, apabila obat tersebut masuk ke pembuluh darah, efek yang ditimbulkan menjadi sangat cepat dan dapat membawa dampak negatif.

Leon

dr. Eduard Leonid

dr.Eduard Leonid

dr. Eduard Leonid adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Penulis saat ini bekerja sebagai dokter tetap di RS SMC Telogorejo Semarang.

  1. Doyle, G. R., & McCutcheon, J. A. (2021). Parenteral Medication Administration. In CLINICAL PROCEDURES FOR SAFER PATIENT CARE (1.08). Pressbooks. https://opentextbc.ca/clinicalskills/back-matter/about-the-authors/ 
  2. Francis, E. (2022). Injection 101: Overview, Types, Common Uses & Risks. Homage. https://www.homage.sg/health/injection/ 
  3. Machingaifa, F., & Lewis, G. (2020, April). Intradermal vaccination. Melbourne Vaccine Education Centre. https://mvec.mcri.edu.au/references/intradermal-vaccination/ 
  4. Mayo Clinic. (2022, January 6). Allergy skin tests. Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/allergy-tests/about/pac-20392895 
  5. Nancy, M. I. (n.d.). ADMINISTRATION OF INTRADERMAL INJECTION. KVCN. Retrieved August 30, 2022, from https://www.kvcn.edu.in/wp-content/uploads/2021/08/INTRADERMAL-INJECTION.pdf

Bagikan ke orang terdekat anda

Baca juga :

We will contact you shortly

Thank you for contacting the Carevo team, our team will

immediately contact you with related topics