Beranda > Artikel > Kandidiasis: Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganannya

Kandidiasis: Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganannya

kandidiasis adalah

Kandidiasis menjadi salah satu penyakit yang mungkin cukup sering Anda dengar atau bisa jadi Anda sendiri mengalaminya. Tetapi tahukah Anda apa penyebab dari kandidiasis itu dan bagaimana gejala-gejalanya? Lalu bagaimana cara mengatasinya? Di dalam artikel ini akan dibahas tentang kandidiasis secara lengkap. Mari kita simak bersama. 

 

Apa Pengertian Kandidiasis?

 

Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur berasal dari genus Candida. Kebanyakan infeksi jamur ini disebabkan oleh Candida albicans. Jamur ini sebetulnya dalam kondisi normal hidup di kulit dan di dalam tubuh kita, seperti rongga mulut, tenggorokan, dan daerah kelamin. Saat dalam kondisi yang normal atau sehat, jamur ini tidak akan menimbulkan masalah apa-apa. Ketika mereka bertumbuh dalam jumlah besar, masalah akan muncul.

 

Penyebab Kandidiasis 

 

Jamur Candida termasuk ke dalam jenis ragi (yeast) yang merupakan jamur uniselular dan memiliki kemampuan bereproduksi secara bertunas. Kemampuan jamur Candida yang bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan sekitar, sehingga ia mampu bertahan hidup di berbagai lokasi di tubuh manusia.  

 

 Baca Juga: Mengenal Penyakit Kulit Dermatitis Seboroik

 

Jenis-Jenis Infeksi Candida 

 

Karena kemampuan hidup di berbagai lokasi di tubuh manusia, Candida dapat menyebabkan berbagai macam infeksi, seperti: 

  1. Infeksi mukosa mulut atau oral thrush 
  2. Infeksi genital (Genital candidiasis
  3. Pada bayi terdapat infeksi ruam popok (Diaper rash
  4. Infeksi daerah kulit  
  5. Kandidiasis invasif. Infeksi jenis ini dapat terjadi ketika jamur Candida masuk ke dalam pembuluh darah seorang manusia. Infeksinya dapat masuk ke jantung, otak, dan organ-organ lainnya.  

Infeksi Candida yang menyerang rongga mulut ditandai dengan bercak-bercak atau plak putih di daerah lidah 

Kandidiasis pada ruam popok. Infeksi ini ditandai dengan bercak-bercak merah di daerah lipat paha hingga ke daerah bokong mengikuti bentuk popok sehingga kondisi ini disebut ruam popok. 

 

Apa Saja Penyebab Kandidiasis?

 

Secara umum paparan terhadap infeksi jamur Candida dipicu oleh berbagai faktor, namun dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu faktor dari penjamu (host) dan faktor lingkungan luar.

 

1. Faktor Penjamu (Host)

 

Faktor risiko yang berasal dari kondisi penjamu terdiri dari: 

  1. Usia penderita 
  2. Penderita memiliki riwayat penyakit imunosupresif seperti HIV-AIDS 
  3. Kondisi kekurangan sel darah putih salah satunya adalah kondisi neutropenia 
  4. Kondisi klinis lainnya, contoh riwayat kencing manis. 
  5. Selain itu faktor yang berasal dari penjamu adalah kebiasaan dari penderita. Misal pada saat setelah mandi, ia tidak membersihkan dan mengeringkan dengan betul bagian-bagian tubuh yang memiliki kecenderungan lembap, misalnya seperti lipat paha. 
  6. Malas menggosok gigi. 
  7. Pada bayi terjadinya ruam popok dikarenakan orangtua tidak mengganti popok di kala popok basah. Atau bisa terjadi dikarenakan pemberian wewangian, bedak-bedak di daerah lipat paha hingga kemaluan bayi. 

 

2. Faktor Lingkungan

 

Selain faktor risiko yang berasal dari diri penjamu, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap kemungkinan seseorang akan terinfeksi penyakit kandidiasis ini. Berikut ini adalah faktor-faktornya: 

  1. Penggunaan alat-alat medis, seperti kateter, selang makan (nasogastric tube), selang infus yang tidak dipasangkan secara steril dapat memicu terjadinya infeksi kandidiasis dan infeksi lainnya terutama bakteri.  
  2. Penggunaan obat-obatan yang tidak terkontrol. Penggunaan obat seperti antibiotik dapat memicu terjadinya infeksi ini.  
  3. Penderita dirawat lama di rumah sakit. Pada suatu literatur disebutkan bahwa lama rawat juga menentukan terjadinya infeksi kandidiasis invasif.  
  4. Pemberian obat-obatan golongan steroid tak terkontrol. Steroid mampu menekan daya tahan tubuh seseorang, pada saat kondisi imunitas tertekan pasien akan dengan mudah terinfeksi oleh infeksi jamur.  

 

Baca Juga: Kulit Kering dan Dehidrasi, Kenali Perbedaannya 

 

Apa Saja Gejala yang Menunjukkan Infeksi Kandidiasis?

 

Dikarenakan persebaran tidak hanya di satu lokasi saja, maka gejala-gejala yang muncul pun bisa berbeda-beda bergantung pada lokasi infeksinya. Secara umum gejala-gejala berikut yang dapat dialami oleh seorang penderita:

 

1. Kemerahan Disertai dengan Rasa Gatal

 

Kemerahan disertai dengan rasa gatal pada area-area yang terinfeksi. Misal pada kasus-kasus kandidiasis yang menyerang area kelamin. Lokasi ini paling sering menimbulkan reaksi kemerahan tersebut.

 

2. Infeksi Oral Thrush

 

Pada infeksi oral thrush, gejala yang dikeluhkan adalah tidak dapat makan, seperti rasa panas dan terbakar pada area lidah. Ketika bercak dicoba diangkat, akan menimbulkan bercak-bercak terangkat dan meninggalkan jejak darah pada lidah.  

 

3. Demam, Kejangm dan Penurunan Kesadaran

 

Pada kasus kandidiasis invasif, gejala seperti demam, kejang dan penurunan kesadaran dapat ditemukan.

 

4. Mual dan muntah

 

Rasa mual dapat muncul dikarenakan kondisi oral thrush yang menutupi permukaan lidah sehingga membuat rasa makanan tidak ada.  

 

PHR

 

Menegakkan Diagnosis Kandidiasis 

 

Sama seperti yang dialami penderita-penderita penyakit lain, kandidiasis memberikan gejala yang bisa menjadi kunci penegakan diagnosis kandidiasis. Berikut pemeriksaan yang akan dokter lakukan. Berikut urutan pemeriksaan: 

 

1. Anamnesis

 

Setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter pasti akan selalu dimulai dengan anamnesis. Anamnesis ini dilakukan sebelum dokter melakukan pemeriksaan fisik. Tujuan dari anamnesis ini adalah membantu dokter untuk menemukan penyebab, waktu saat mulai terinfeksi. 

 

2. Pemeriksaan Fisik

 

Pemeriksaan fisik (PF) dilakukan sebagai sarana untuk memperkuat penegakan diagnosis. Dokter akan menilai kondisi kulit yang mengalami keluhan dan melihat bentuk kemerahan yang terjadi. Tujuan mengetahui dan mempelajari bentuk warna kulit yang memerah adalah untuk membedakan penyebab infeksi dan agar dapat memberikan terapi yang tepat. 

 

3. Penunjang

 

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah: 

 

1. Pemeriksaan dengan KOH (kalium hidroksida) 

 

Pemeriksaan KOH menjadi pemeriksaan yang paling mudah, paling cepat dalam menegakan diagnosis kandidiasis kulit.  

 

2. Pemeriksaan histopatologi. 

 

Pemeriksaan biopsi kulit dengan pewarnaan khusus, juga dapat mencari informasi terkait ada atau tidaknya infeksi jamur Candida.  

 

3. Pencitraan modern

 

Seperti CT-Scan dan MRI bisa menjadi pertimbangan untuk mengetahui lokasi infeksi jamur ini terutama pada jenis kasus kandidiasis invasif. 

 

Cara Menangani Infeksi Kandidiasis 

 

Kejadian infeksi kandidiasis memerlukan penanganan yang berbeda-beda dari setiap orang. Ada yang memerlukan terapi yang cukup ekstensif, namun ada pula yang hanya cukup diberikan dengan obat oles saja. Kondisi ini bergantung pada lokasi anatomis terjadinya infeksi jamur Candida ini. Berikut ini adalah tatalaksana yang diberikan pada mereka yang menderita kandidiasis: 

 

1. Penanganan Infeksi pada Permukaan Kulit

 

Pada kasus-kasus infeksi jamur candida pada permukaan kulit seperti ruam popok, candidiasis vulvovaginitis atau candidiasis balanitis. Pemberian obat umumnya cukup dengan pemberian obat anti jamur berbentuk salep. Golongan obat yang diberikan seperti nystatin, amphotericin B, miconazole, dan clotrimazole. 

 

2. Penanganan Infeksi pada Rongga Mulut

 

Infeksi jamur di rongga mulut dapat ditangani dengan obat anti jamur berbentuk suspensi yang berasal dari golongan nystatin. Terapi ini diberikan selama 10 hingga 14 hari. Selain itu sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rongga mulut secara menyeluruh di dokter gigi. 

 

3. Penanganan Infeksi Jamur Invasif

 

Infeksi jamur invasif. Pada kasus yang berat seperti ini, dokter akan memberikan obat-obatan berbentuk obat minum. Golongan antijamur yang diberikan adalah berasal dari golongan fluconazole atau amphotericin B.  

 

4. Penanganan Simtomatis / Berdasarkan Gejala

 

Tatalaksana yang bersifat simtomatis atau berdasarkan gejala. Kasus-kasus dengan adanya gejala-gejala seperti demam, rasa gatal yang sangat mengganggu, maka dapat diberikan obat-obatan seperti parasetamol dan golongan antihistamin 1 untuk mengurangi kedua gejala tadi. 

Seluruh terapi untuk penanganan jamur candida memiliki rentang waktu yang cukup lama, minimal selama 7 hingga lebih dari 14 hari. Namun rata-rata dokter akan menyarankan untuk pemakaian obat selama 14 hari. Semua bergantung pada tingkat keparahan, ada atau tidaknya penyakit penyerta seperti HIV-AIDS dan riwayat kencing manis, dan lokasi infeksi jamur tersebut.

 

Baca Juga: Waspadai dan Kenali Jenis Penyakit Infeksi Menular Seksual

 

Cara Mencegah Infeksi Kandidiasis

 

Selain memberikan obat, pencegahan juga penting dalam kasus ini. Berikut adalah cara pencegahannya: 

 

1. Memastikan Lipatan Badan Tidak Lembab atau Basah

 

Pada kasus-kasus infeksi jamur yang terjadi di permukaan kulit sangat dianjurkan penderita harus memastikan lokasi-lokasi seperti lipat paha, daerah alat genital kering, tidak lembap atau basah. Jamur sangat sekali bertumbuh dan berkembang biak di daerah tersebut. 

 

2. Mengganti Popok Secara Rutin

 

Pada kasus ruam popok, orangtua harus selalu mengganti popok anaknya secara rutin. Sama seperti dengan kasus jamur di permukaan kulit, yaitu menjaga agar tidak terlalu lembap yang bisa memicu pertumbuhan jamur. 

 

3. Tidak Melakukan Hubungan Seksual Berisiko

 

Seks bebas menjadi salah satu sumber dari berbagai penyakit seksual, termasuk kandidiasis. 

 

4. Mengonsumsi Makanan yang Bergizi

 

Makanan yang bergizi seimbang bila rutin dikonsumsi dapat membantu kita menjaga kekebalan tubuh dan terhindar dari penyakit.

 

5. Menghindari Penggunaan Jarum Suntik Bergantian

 

Tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian memang tidak langsung menyebabkan terjadinya infeksi jamur Candida, namun hal ini mencegah terjadinya penularan infeksi HIV-AIDS yang bisa memicu infeksi kandidiasis. Karena HIV-AIDS dapat menekan sistem pertahanan tubuh seseorang, sehingga menjadi rentan terhadap kemungkinan infeksi jamur.  

 

6. Menerapkan Pola Hidup Sehat

 

Dengan menjaga berat badan, menghindari konsumsi makanan dan minuman manis dapat mencegah terjadinya penyakit Diabetes mellitus.  

 

7. Konsumsi Obat Sesuai Anjuran Dokter

 

Jangan mengonsumsi obat secara tidak teratur, karena dapat membuat pertumbuhan jamur tidak terkendali dan berisiko terjadinya resistensi obat. 

Penanganan infeksi jamur Candida memerlukan kesadaran diri dari penderita dan memerlukan obat-obatan yang tepat guna menuntaskan penyakit ini secara sempurna.

Infeksi ini bisa terjadi dimana saja dan dapat menyerang siapa saja terutama mereka yang memiliki daya tahan tubuh yang relatif rendah. Oleh karena itu utamakan untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan diri agar dapat mencegah terjadinya infeksi jamur ini.

Albert

dr. Eduard Leonid

dr. Albert

Dr. Albert Novianto lahir di Jakarta, 14 November 1992. Penulis menempuh pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya Jakarta dan menyelesaikan pendidikan di tahun 2017.

  1. Bassetti M, Trecarichi EM, Righi E, et al. Incidence, risk factors, and predictors of outcome of candidemia. Survey in 2 Italian university hospitals. Diagn Microbiol Infect Dis. 2007;58(3):325–331. 
  2. Yapar, N. (2014). Epidemiology and risk factors for invasive candidiasis. In Therapeutics and Clinical Risk Management (Vol. 10, Issue 1, pp. 95–105). https://doi.org/10.2147/TCRM.S40160 
  3. Pathak, N. What is candidiasis? WebMD. 2021. [Internet]. Diakses dari: https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/guide/what-is-candidiasis-yeast-infection. Pada: 27 September 2022 
  4. Hidalgo, J.A. Candidiasis. Medscape 2020. [Internet] Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/213853-overview#a1. Pada: 27 September 2022
  5. Edminister, J.R. Mucosal Candidiasis. Medscape. 2022. [Internet] Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/1075227-treatment. Pada: 28 September 2022.

Image Sources

  1. Gambar 1: Brown, S. Public Health Image Library of the Centers for Disease Control and Prevention. [Internet]. Diakses dari: https://www.msdmanuals.com/professional/multimedia/image/candida-albicans 
  2. Gambar 2: Oral thrush. Lowcountry Family Dentistry. Desember 2020. [Internet]. Diakses dari: https://lowcountryfamilydentistry.com/what-is-oral-thrush/. Pada: 27 September 2022 
  3. Gambar 3: Fölster-Holst, R. (2018). Differential diagnoses of diaper dermatitis. Pediatric Dermatology, 35, s10–s18. https://doi.org/10.1111/pde.13484 

Bagikan ke orang terdekat anda

Baca juga :

We will contact you shortly

Thank you for contacting the Carevo team, our team will

immediately contact you with related topics