Beranda > Artikel > Mola Hidatidosa: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

Mola Hidatidosa: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

mola hidatidosa adalah

Mola hidatidosa adalah kondisi tidak ditemukannya pertumbuhan janin akibat hampir seluruh vili korialis (lapisan dinding rahim khusus terkait kehamilan) mengalami perubahan seperti meluruh (degenerasi hidrofobik) sehingga terlihat seperti sekumpulan buah anggur. Keadaan ini tetap menghasilkan hormon human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa. 

Angka kejadian mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan dengan negara-negara Barat. Di negara-negara Barat dilaporkan 1:2000 kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi sekitar 1: 120 kehamilan. Di Amerika Serikat dilaporkan  angka kejadian mola sebesar 1 pada 1000-1200 kehamilan. Di Indonesia sendiri didapatkan kejadian mola pada 1: 85 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada usia reproduktif (15-45 tahun), dan pada wanita yang sudah melahirkan lebih dari 1 anak. Jadi dengan meningkatnya jumlah bersalin maka kemungkinan menderita mola akan lebih besar. Sekitar 10% dari seluruh kasus akan cenderung mengalami transformasi ke arah keganasan, yang disebut sebagai gestational trophoblastic neoplasma.

Apa Itu Mola Hidatidosa?

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, lebih umum dikenal dengan sebutan hamil anggur, adalah kehamilan yang ditandai dengan perkembangan lapisan dinding dalam rahim khusus kehamilan (trofoblas) yang tidak wajar. Pada mola hidatidosa, struktur yang dibentuk trofoblas yaitu vili korialis berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur.

Mola hidatidosa adalah subkategori penyakit di bawah penyakit trofoblas gestasional (GTD), yang berasal dari plasenta dan dapat bermetastasis (menyebar). Hal ini unik karena tumor berasal dari jaringan kehamilan bukan dari jaringan tubuh ibu. Mola hidatidosa dikategorikan sebagai mola lengkap dan parsial dan biasanya dianggap sebagai bentuk penyakit trofoblas gestasional noninvasif (tidak bersifat ganas). Meskipun mola hidatidosa biasanya dianggap jinak namun tetap memiliki potensi untuk menjadi ganas dan invasif.

Baca Juga: Parametritis Adalah: Pengertian, Gejala, dan Cara Mengobatinya

Apa Gejala Mola Hidatidosa?

Tanda dan gejala utama Mola hidatidosa yaitu terjadinya perdarahan. Perdarahan biasanya terjadi pada rentang kehamilan dengan usia kehamilan satu sampai tujuh bulan. Sifat perdarahan bervariasi, ada yang perdarahan sedikit, ada juga perdarahannya banyak dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kondisi anemia pada Mola hidatidosa. Keluhan perdarahan ini dapat terjadi intermiten, sedikit-sedikit maupun sekaligus dalam jumlah banyak sehingga dapat menyebabkan terjadinya syok ataupun kematian.

1. Mola Hidatidosa Lengkap

Gejala klinis khas dari kehamilan mola lengkap telah berubah dengan munculnya alat ultrasonografi dengan resolusi tinggi. Kebanyakan Mola Hidatidosa sekarang dapat diagnosis pada trimester pertama sebelum timbulnya tanda dan gejala klasik.

2. Pendarahan vagina

Gejala klasik yang paling umum dari Mola Hidatidosa lengkap adalah pendarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan. Rahim bisa menjadi lebih besar oleh sejumlah besar darah, dan cairan gelap bisa mengalir ke dalam vagina. Gejala ini terjadi pada 50% kasus.

3. Hiperemesis

Penderita juga dapat mengalami mual dan muntah yang parah. Ini karena kadar human chorionic gonadotropin (hCG) yang sangat tinggi. Hal ini dilaporkan terjadi pada 4% pasien yang didiagnosis pada usia kehamilan 5-9 minggu, dan pada 23% ketika diagnosis dibuat setelah usia kehamilan 10 minggu.

4. Hipertiroidisme

Tanda dan gejala hipertiroidisme dapat muncul karena stimulasi kelenjar tiroid oleh tingginya kadar hCG yang bersirkulasi atau oleh zat perangsang tiroid (yaitu, tirotropin) yang diproduksi oleh trofoblas. Hipertiroidisme dapat terjadi pada 3,7% wanita dengan mola hidatidosa yang didiagnosis setelah minggu ke-10 kehamilan.

Baca Juga: Encephalocele : Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

5. Mola Hidatidosa Parsial

Penderita mola parsial (sebagian) tidak memiliki gejala klinis yang sama dengan mola lengkap. Beberapa perbedaan gejala yang terjadi antara Mola Hidatidosa lengkap ataupun parsial yaitu:

  1. Risiko perdarahan vagina, hipertiroidisme, anemia, ukuran rahim lebih besar dan hiperemesis lebih rendah pada wanita dengan mola parsial
  2. Kadar hCG serum sebelum tindakan evakuasi (operasi) lebih rendah pada wanita dengan mola parsial
  3. Usia kehamilan rata-rata saat dilakukan evakuasi Mola lengkap (9 minggu) Mola parsial (12 minggu)
  4. Perkembangan kearah keganasan lebih rendah pada Mola parsial
  5. Mola lengkap lebih cepat didiagnosis karena lebih sering menunjukkan tanda/gejala khas.

 

PHR

Apa Penyebab Mola Hidatidosa?

Penyebab dari Mola Hidatidosa cukup banyak dan tidak dapat ditentukan suatu penyebab pasti, hal ini termasuk berbagai kombinasi dari faktor lingkungan dan genetik. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dimana mola biasanya muncul, pada wanita yang berusia muda (<16 tahun) dan usia yang lebih tua yaitu (>45 tahun). Penyakit ini biasanya diakibatkan oleh banyak faktor diantaranya baik usia, jarak antara kehamilan, riwayat abortus sebelumnya, sosial ekonomi, dan riwayat mola sebelumnya.

Mola Hidatidosa muncul dari trofoblas vili plasenta, dan menunjukkan bentuk dengan karakteristik yang khas, terutama terkait dengan pembentukan sel trofoblas abnormal. Diagnosis Mola Hidatidosa didasarkan pada pemeriksaan histopatologi hasil konsepsi, dengan kriteria diagnosis khusus.

Baca Juga: Lymphedema : Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

Apa Faktor Risiko dari Mola Hidatidosa?

Penyebab mola hidatidosa sampai saat ini tidak diketahui secara pasti, namun faktor resiko penyebabnya yang kini telah diakui adalah :

1. Faktor sel telur (ovum)

Sel telur (ovum) yang sebelumnya memang sudah abnormal sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan sehingga menyebabkan Mola hidatidosa..

2. Usia

Pada Ibu yang terlalu muda (< 16 tahun) atau terlalu tua (36 – 40 tahun) beresiko 50% mengalami Mola hidatidosa.

3. Gangguan Imun

Kondisi Imunoselektif dari sel trofoblast sehingga menghambat perkembangan lapisan dalam rahim untuk proses kehamilan.

  • Keadaan sosioekonomi yang rendah
  • Jumlah Persalinan (Paritas) banyak
  • Kekurangan asupan vitamin A
  • Kekurangan asupan protein
  • Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

 

Bagaimana Cara Menangani Mola Hidatidosa?

Penatalaksanaan Mola hidatidosa adalah evakuasi mola menggunakan kuret hisap, setelah dilakukan evakuasi mola maka tindakan selanjutnya untuk mendeteksi dini ke arah keganasan adalah dilakukan pemantauan kadar β HCG selama satu tahun, 3 bulan pertama dilakukan setiap 2 minggu, 3 bulan kedua setiap 1 bulan, dan enam bulan terakhir tiap dua bulan.

Secara umum penanganan Mola Hidatidosa terbagi menjadi 4 tahapan, yaitu :

1. Perbaiki keadaan umum

Sebelum dilakukan tindakan kuret untuk mengeluarkan jaringan Mola, maka pasien akan diberikan terapi sebagai bentuk persiapan agar efek samping dan resiko tindakan nantinya tidak membahayakan pasien.

2. Pengeluaran jaringan mola

Tindakan bedah tetap menjadi penanganan utama untuk mengeluarkan jaringan Mola hidatidosa dan membersihkan lapisan dalam rahim dari sisa jaringan tersebut.

Baca Juga: Hemangioblastoma : Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

3. Terapi pencegahan dengan sitostatika

Setelah tindakan tetap perlu diberikan obat-obatan untuk memastikan mola tidak berkembang ke arah keganasan.

4. Pemantauan / follow up

Pasien tetap perlu dipantau secara berkala untuk memastikan tidak ada sisa jaringan mola dan resiko komplikasi.

Di unit gawat darurat, prioritas utama adalah stabilisasi klinis. Jika terdapat distres pernapasan dan edema paru, ventilasi tekanan positif non-invasif atau ventilasi mekanis harus segera diberikan. Selanjutnya, jika ada tanda-tanda gejala eklampsia (tahap akhir pre-eklampsia), termasuk kejang, harus segera diberikan manajemen yang tepat, termasuk pemberian benzodiazepin dan magnesium sulfat. Jika ada tanda-tanda pre-eklampsia, kontrol tekanan darah segera dengan obat-obatan seperti hidralazin dan labetalol. Jika terdapat kondisi hipertiroidisme, juga harus diberikan pengobatan yang tepat, termasuk beta-blocker, dan pemantauan kadar hormon tiroid. Jika terdapat tanda anemia berat maka bisa dipertimbangkan pemberian transfusi darah.

Setelah pasien stabil, dapat dipertimbangkan kebutuhan tindakan dilatasi dan kuretase. Pada ibu dengan usia lanjut (>40 tahun) atau bagi ibu yang telah selesai melahirkan, histerektomi bisa dijadikan pilihan tindakan. Namun, histerektomi tidak sepenuhnya menghilangkan risiko penyakit metastasis (menyebar). Setelah mola dikeluarkan (evakuasi), kadar hCG harus dipantau secara berkala. Jika tetap tinggi dan ada bukti ke arah keganasan /invasif dapat dipertimbangkan untuk kemoterapi.

Selalu jaga kesehatan anda, dan catat gejalanya dengan Aplikasi Personal Health Record dari Carevo.

Artikel Ditulis Oleh:

dr. Peter Fernando

Bagikan ke orang terdekat anda

Baca juga :

We will contact you shortly

Thank you for contacting the Carevo team, our team will

immediately contact you with related topics