Beranda > Artikel > Kenali Penyebab dan Pencegahan Leptospirosis

Kenali Penyebab dan Pencegahan Leptospirosis

pencegahan leptospirosis

Masa-masa musim penghujan sudah dekat. Bulan-bulan berakhiran ‘-ber’ menjadi tanda-tanda kita harus bersiap mengantisipasi banjir. Ketika banjir seringkali banyak dari kita yang tidak memperhatikan adanya bahaya yang mengintai, salah satunya adalah penyakit leptospirosis. Pernahkah Anda mendengar tentang penyakit ini? Dalam artikel ini akan membahas mulai dari arti, gejala-gejalanya, cara menanganinya, dan bagaimana pencegahan penyakit ini.

 

Apa itu Leptospirosis?

 

Penyakit leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi manusia maupun hewan. Bakteri ini dikenal dengan genus Leptospira. Leptospirosis disebarkan melalui air seni dari hewan yang terinfeksi. Air seni tadi dapat masuk ke dalam tanah, maupun bercampur dengan air sungai atau air parit.

 

Apa Saja Penyebab Leptospirosis?

 

Infeksi leptospirosis disebabkan oleh adanya paparan dari bakteri Leptospira. Bakteri ini memiliki bentuk seperti spiral sehingga tergolong dalam bakteri spirocheta. Ia memiliki kemampuan berkembang biak di dalam saluran ekskresi hewan-hewan perantara. Kemudian saat hewan yang terinfeksi bakteri tersebut berkemih, maka kuman tersebut turut keluar bersama air seninya.

Bakteri Leptospira ini menginfeksi lebih dari satu juta jiwa dan menyebabkan kematian sebanyak 60.000 kasus. Ironisnya dengan jumlah kasus yang cukup tinggi ini, seringkali keterlambatan penanganan terjadi, baik karena penderita tidak merasa sakit atau kesulitan diagnosis oleh tenaga kesehatan. Kesulitan diagnosis dimaksudkan karena sebanyak 10% kasus, penderitanya tidak memberikan gejala apa-apa.

               Bakteri Leptospira yang menyebabkan infeksi leptopspirosis

Menurut Pusat Pengontrolan dan Pencegahan Amerika Serikat (CDC), hewan-hewan ini dapat membawa infeksi leptospirosis:

 

1. Binatang Pengerat

 

Binatang pengerat yang paling sering membawa bakteri, yaitu tikus. Penularan bakteri leptospira masuk melalui luka-luka di kaki, tangan atau bagian kulit yang terpapar oleh air seni dari binatang pengerat tersebut.

 

2. Hewan Ternak

 

Hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing bisa menjadi media penularan infeksi dari hewan ke manusia.

Lalu bila hewan-hewan ini terinfeksi apa yang harus dikhawatirkan? Bahayanya adalah ketika hewan-hewan tersebut terinfeksi, mereka sebagian besar tidak memberikan gejala-gejala yang khas. Jadi ketika tanah atau air tempat mereka membuang air seninya, kemudian kebetulan ada seseorang yang melewati area itu tanpa alas sepatu, maka kemungkinan penularan dapat terjadi.

 

Baca Juga: Apa Itu Penyakit Scabies?

 

Gejala-Gejala yang Muncul Jika Terinfeksi Leptospirosis

 

Manifestasi klinis penyakit leptospirosis cukup bervariasi mulai dari gejala-gejala ringan sampai dengan gejala yang berat. Berikut rangkaian perjalanan penyakit Leptospirosis:

 

1. Fase Awal

 

Pada fase-fase awal gejala yang berlangsung selama 3 hingga 7 hari, berikut ini gejala yang dialami oleh penderita:

  1. Demam
  2. Nyeri kepala
  3. Nyeri otot
  4. Mual, muntah
  5. Mata merah

 

2. Fase Kedua

 

Pasien atau penderita leptospirosis (80%-90%) setelah melewati fase awal umumnya akan terbebas dari gejala keparahan yang terjadi di fase kedua. Sedangkan sebanyak 10% sisanya akan memasuki fase kedua, yaitu sindroma Weil. Fase ini memakan waktu selama 4 hingga 30 hari, dan menunjukkan gejala yang berat, seperti penyakit kuning (jaundice), gejala peradangan selaput otak, perdarahan pada paru-paru, hingga gagal ginjal bisa muncul.

Pada fase inilah mortalitas sangat mungkin terjadi.

 

PHR

 

Komplikasi Penyakit Leptospirosis

 

Ketika kasus leptospirosis yang tidak tertangani dengan baik, infeksi ini dapat memicu sejumlah gejala inflamasi yang berat dan disertai dengan tanda-tanda perdarahan. Berikut kondisi-kondisi yang mungkin terjadi pada penyakit leptospirosis yang berat:

  1. Penurunan Kesadaran
    Penurunan kesadaran dialami oleh mereka yang mengalami peradangan di daerah korteks otak besar.
  2. Batuk Darah Masif
    Perdarahan yang melibatkan kantung udara paru-paru berdampak pada munculnya batuk darah.
  3. Peradangan Otot Jantung
    Kondisi gagal jantung, peningkatan tekanan vena jugular adalah dua gejala bahwa penderita mengalami peradangan pada jantung.
  4. Jaundice
    Kondisi kuning pada penderitanya bisa muncul karena dipicu oleh adanya permasalahan di sistem biliaris. Selain itu bisa juga dipicu oleh karena peradangan pada organ pankreas.

 

Langkah-Langkah Menegakan Diagnosis Leptospirosis

 

Proses penegakan diagnosis dari penyakit leptospirosis memerlukan tahapan-tahapan tertentu. Berikut ini langkah-langkah pemeriksaan yang akan dilakukan pada penderita leptospirosis:

 

1. Pemeriksaan Laboratorium

 

  1. Pemeriksaan serologis.
  2. Kultur darah.
  3. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) DNA dari bakteri Leptospira.
  4. Pengambilan biopsi jaringan.
  5. Pemeriksaan darah lengkap. Mencari informasi kemungkinan terjadinya kekurangan darah (anemia).
  6. Pemeriksaan serum kreatinin. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah infeksi leptospira sudah menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal.
  7. Pemeriksaan urin.

 

2. Pencitraan X-Ray Dada

 

Pencitraan pada dada diperlukan untuk mengetahui dan menemukan apakah terjadi infeksi pada paru-paru akibat infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri Leptospira tersebut.

 

Baca Juga: Ketahui Manfaat Mandi dengan Air Hangat

 

Cara Menangani Penyakit Leptospirosis

 

Pengobatan leptospirosis terdiri dari beberapa alternatif yang dapat dilakukan. Berikut pengobatan yang akan diberikan pada pasien:

 

1. Pemberian Antibiotik

 

Antibiotik diberikan pada kasus-kasus dengan gejala ringan hingga berat. Pada kasus ringan obat yang diberikan adalah obat minum, sedangkan pada gejala berat obat yang diberikan adalah obat yang dimasukkan melalui infus.

 

2. Transfusi Darah

 

Transfusi darah diberikan pada kasus yang disertai dengan tanda-tanda kekurangan darah pada penderitanya.

 

3. Pengaturan Pola Diet dan Aktivitas

 

Edukasi dan pengawasan konsumsi cairan oleh pihak keluarga maupun tim medis terhadap para pasien sangat diperlukan untuk memastikan pasien tidak mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Kondisi ini sangat menentukan kemungkinan terjadinya hipotensi atau syok hipovolemik. Selain itu, pemberian nutrisi tetap harus dilanjutkan.

 

Baca Juga: Manfaat Menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

 

Cara Mencegah Penyakit Leptospirosis

 

Proses pencegahan leptospirosis harus dilakukan secara bersamaan antara masyarakat dan pemerintah. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan mengingat hewan pembawanya adalah hewan-hewan yang berasal dari tempat kotor dan tidak terawat. Berikut ini langkah-langkah preventif yang harus diperhatikan:

  1. Menjaga sanitasi air dan udara.
  2. Memastikan hewan ternak atau hewan-hewan yang memungkinkan membawa bakteri leptospira mendapatkan vaksinasi dan pengawasan dari dokter hewan.
  3. Memakai pelindung saat membersihkan rumah, saluran air. Pelindung yang dimaksud seperti sarung tangan, sepatu boots.
  4. Menjaga kebersihan tubuh. Menjaga kebersihan tubuh dengan cara rajin mencuci tangan dan mandi secukupnya.

Penyakit Leptospirosis merupakan penyakit yang banyak ditemukan di musim-musim penghujan, tempat-tempat kumuh dan berantakan. Ia dapat membawa dampak fatal, namun ada alternatif pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Bila Anda mengalami gejala-gejala di atas segeralah mencari pertolongan dan jangan menunda-nunda lagi, karena begitu terlambat nyawa yang menjadi taruhannya.

Albert

dr. Eduard Leonid

dr. Albert

Dr. Albert Novianto lahir di Jakarta, 14 November 1992. Penulis menempuh pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya Jakarta dan menyelesaikan pendidikan di tahun 2017.

  1. Leptospirosis. Centers for Disease Control and Prevention. [Internet]. Diakses dari: https://www.cdc.gov/leptospirosis/infection/index.html. Pada: 22 September 2022
  2. Mengenal Gejala dan Pencegahan Leptospirosis. Kementerian Kesehatan Indonesia. [Internet]. Diakses dari: https://upk.kemkes.go.id/new/mengenal-gejala-dan-pencegahan-leptospirosis. Pada: 22 September 2022
  3. Seguro, A. C., & Andrade, L. (2013). Pathophysiology of leptospirosis. Shock, 39(7 SUPPL.1), 17–23. https://doi.org/10.1097/SHK.0b013e31828fae49
  4. Cagliero J, Villanueva SYAM, Matsui M. Leptospirosis Pathophysiology: Into the Storm of Cytokines. Front Cell Infect Microbiol. 2018 Jun 20;8:204. doi: 10.3389/fcimb.2018.00204. PMID: 29974037; PMCID: PMC6019470.
  5. Gompf S.G. Leptospirosis. Medscape. [Internet]. Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/220563-overview#a1. Pada: 22 September 2022
  6. Nafeev AA, Vetlugin NI, Feofanova SG, Nechaeva AS, Savinova GA. [Leptospirosis and its complications]. Ter Arkh. 2011;83(11):48-51. Russian. PMID: 22312885.

Bagikan ke orang terdekat anda

Baca juga :

We will contact you shortly

Thank you for contacting the Carevo team, our team will

immediately contact you with related topics