
We will contact you shortly
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics
Masa-masa musim penghujan sudah dekat. Bulan-bulan berakhiran ‘-ber’ menjadi tanda-tanda kita harus bersiap mengantisipasi banjir. Ketika banjir seringkali banyak dari kita yang tidak memperhatikan adanya bahaya yang mengintai, salah satunya adalah penyakit leptospirosis. Pernahkah Anda mendengar tentang penyakit ini? Dalam artikel ini akan membahas mulai dari arti, gejala-gejalanya, cara menanganinya, dan bagaimana pencegahan penyakit ini.
Penyakit leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi manusia maupun hewan. Bakteri ini dikenal dengan genus Leptospira. Leptospirosis disebarkan melalui air seni dari hewan yang terinfeksi. Air seni tadi dapat masuk ke dalam tanah, maupun bercampur dengan air sungai atau air parit.
Infeksi leptospirosis disebabkan oleh adanya paparan dari bakteri Leptospira. Bakteri ini memiliki bentuk seperti spiral sehingga tergolong dalam bakteri spirocheta. Ia memiliki kemampuan berkembang biak di dalam saluran ekskresi hewan-hewan perantara. Kemudian saat hewan yang terinfeksi bakteri tersebut berkemih, maka kuman tersebut turut keluar bersama air seninya.
Bakteri Leptospira ini menginfeksi lebih dari satu juta jiwa dan menyebabkan kematian sebanyak 60.000 kasus. Ironisnya dengan jumlah kasus yang cukup tinggi ini, seringkali keterlambatan penanganan terjadi, baik karena penderita tidak merasa sakit atau kesulitan diagnosis oleh tenaga kesehatan. Kesulitan diagnosis dimaksudkan karena sebanyak 10% kasus, penderitanya tidak memberikan gejala apa-apa.
Bakteri Leptospira yang menyebabkan infeksi leptopspirosis
Menurut Pusat Pengontrolan dan Pencegahan Amerika Serikat (CDC), hewan-hewan ini dapat membawa infeksi leptospirosis:
Binatang pengerat yang paling sering membawa bakteri, yaitu tikus. Penularan bakteri leptospira masuk melalui luka-luka di kaki, tangan atau bagian kulit yang terpapar oleh air seni dari binatang pengerat tersebut.
Hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing bisa menjadi media penularan infeksi dari hewan ke manusia.
Lalu bila hewan-hewan ini terinfeksi apa yang harus dikhawatirkan? Bahayanya adalah ketika hewan-hewan tersebut terinfeksi, mereka sebagian besar tidak memberikan gejala-gejala yang khas. Jadi ketika tanah atau air tempat mereka membuang air seninya, kemudian kebetulan ada seseorang yang melewati area itu tanpa alas sepatu, maka kemungkinan penularan dapat terjadi.
Baca Juga: Apa Itu Penyakit Scabies?
Manifestasi klinis penyakit leptospirosis cukup bervariasi mulai dari gejala-gejala ringan sampai dengan gejala yang berat. Berikut rangkaian perjalanan penyakit Leptospirosis:
Pada fase-fase awal gejala yang berlangsung selama 3 hingga 7 hari, berikut ini gejala yang dialami oleh penderita:
Pasien atau penderita leptospirosis (80%-90%) setelah melewati fase awal umumnya akan terbebas dari gejala keparahan yang terjadi di fase kedua. Sedangkan sebanyak 10% sisanya akan memasuki fase kedua, yaitu sindroma Weil. Fase ini memakan waktu selama 4 hingga 30 hari, dan menunjukkan gejala yang berat, seperti penyakit kuning (jaundice), gejala peradangan selaput otak, perdarahan pada paru-paru, hingga gagal ginjal bisa muncul.
Pada fase inilah mortalitas sangat mungkin terjadi.
Ketika kasus leptospirosis yang tidak tertangani dengan baik, infeksi ini dapat memicu sejumlah gejala inflamasi yang berat dan disertai dengan tanda-tanda perdarahan. Berikut kondisi-kondisi yang mungkin terjadi pada penyakit leptospirosis yang berat:
Proses penegakan diagnosis dari penyakit leptospirosis memerlukan tahapan-tahapan tertentu. Berikut ini langkah-langkah pemeriksaan yang akan dilakukan pada penderita leptospirosis:
Pencitraan pada dada diperlukan untuk mengetahui dan menemukan apakah terjadi infeksi pada paru-paru akibat infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri Leptospira tersebut.
Baca Juga: Ketahui Manfaat Mandi dengan Air Hangat
Pengobatan leptospirosis terdiri dari beberapa alternatif yang dapat dilakukan. Berikut pengobatan yang akan diberikan pada pasien:
Antibiotik diberikan pada kasus-kasus dengan gejala ringan hingga berat. Pada kasus ringan obat yang diberikan adalah obat minum, sedangkan pada gejala berat obat yang diberikan adalah obat yang dimasukkan melalui infus.
Transfusi darah diberikan pada kasus yang disertai dengan tanda-tanda kekurangan darah pada penderitanya.
Edukasi dan pengawasan konsumsi cairan oleh pihak keluarga maupun tim medis terhadap para pasien sangat diperlukan untuk memastikan pasien tidak mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Kondisi ini sangat menentukan kemungkinan terjadinya hipotensi atau syok hipovolemik. Selain itu, pemberian nutrisi tetap harus dilanjutkan.
Baca Juga: Manfaat Menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Proses pencegahan leptospirosis harus dilakukan secara bersamaan antara masyarakat dan pemerintah. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan mengingat hewan pembawanya adalah hewan-hewan yang berasal dari tempat kotor dan tidak terawat. Berikut ini langkah-langkah preventif yang harus diperhatikan:
Penyakit Leptospirosis merupakan penyakit yang banyak ditemukan di musim-musim penghujan, tempat-tempat kumuh dan berantakan. Ia dapat membawa dampak fatal, namun ada alternatif pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Bila Anda mengalami gejala-gejala di atas segeralah mencari pertolongan dan jangan menunda-nunda lagi, karena begitu terlambat nyawa yang menjadi taruhannya.
Albert
Dr. Albert Novianto lahir di Jakarta, 14 November 1992. Penulis menempuh pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya Jakarta dan menyelesaikan pendidikan di tahun 2017.
Baca juga :
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics