Beranda > Artikel > Apa Saja Perbedaan GERD dengan Maag?

Apa Saja Perbedaan GERD dengan Maag?

perbedaan gerd dan maag

Beberapa orang menyamakan penyakit GERD dengan maag, namun keduanya sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda, meskipun bisa menimbulkan gejala yang mirip. GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit yang disebabkan adanya refluks atau kembalinya asam lambung ke kerongkongan (esofagus). Sedangkan maag merupakan bahasa Belanda yang berarti lambung dan bukan merupakan suatu penyakit, namun penggunaan kata maag sudah dikenal luas yang menandakan adanya gangguan di lambung itu sendiri. Penyakit maag paling sering merupakan akibat adanya gastritis atau peradangan di lambung. 

 

Penyebab penyakit GERD dan maag 

 

Refluks asam lambung pada GERD disebabkan kelemahan pada otot cincin (sfingter) di bagian bawah esofagus. Pada saat kita menelan, sfingter akan terbuka sehingga makanan dapat masuk ke dalam lambung dan menutup setelahnya. Adanya kelemahan sfingter membuat cincin tersebut tidak dapat menutup sempurna sehingga sebagian cairan dari lambung dapat keluar kembali ke esofagus. Beberapa hal yang dapat menyebabkan kelemahan sfingter antara lain obesitas, kehamilan, dan adanya hiatal hernia (tonjolan sebagian lambung di atas diafragma). 

Peradangan lambung atau gastritis pada maag membuat kerusakan pada lapisan pelindung lambung. Lapisan ini berfungsi menjaga dinding lambung dari asam lambung itu sendiri. Faktor-faktor yang berkontribusi pada timbulnya gastritis antara lain infeksi bakteri, khususnya Helicobacter pylori, usia tua, dan stres yang tidak teratasi. Sama seperti pada GERD, gastritis juga diperberat dengan konsumsi alkohol dan kafein berlebihan, merokok, serta penggunaan obat anti nyeri yang terus menerus. 

 

Gejala penyakit GERD dan maag 

 

Gejala GERD yang banyak dijumpai antara lain: 

 

1. Rasa terbakar di dada

 

Keluhan biasanya muncul setelah makan, dan bertambah buruk saat malam hari atau saat berbaring. 

 

2. Adanya regurgitasi (berbalik arah) cairan dari lambung ke kerongkongan 

 

Regurgitasi ini dapat disertai rasa pahit di lidah akibat asam lambung. 

 

3. Nyeri dada yang menyertai rasa terbakar dan regurgitasi, di mana gejala ini dapat menyerupai gejala nyeri dada akibat penyakit jantung. 

 

Cairan yang bersifat asam dapat menimbulkan rasa panas di daerah yang tersentuh, apalagi pada dinding yang tipis seperti esofagus. 

 

4. Suara parau dan sering berdehem. 

 

Sebagian cairan lambung yang kembali juga masuk ke tenggorokan melewati pita suara dan menyebabkan peradangan. Gangguan pada pita suara ini menyebabkan suara menjadi serak (parau). 

 

Baca Juga: 10 Cara Mengatasi GERD yang Kambuh

 

5. Batuk kronis yang hilang timbul. 

 

Adanya benda asing yang masuk ke trakea bahkan sampai paru akan menimbulkan refleks batuk untuk mengeluarkan benda tersebut. Setiap ada cairan lambung yang masuk ke trakea akan menimbulkan batuk, selain itu peradangan di sekitarnya juga akan memicu batuk yang sulit sembuh. 

Pada kondisi GERD yang sudah sangat parah dapat menyebabkan perlukaan di esofagus sehingga menyebabkan gangguan menelan bahkan muntah darah, menimbulkan penyakit baru yaitu Barret esophagus, dan menjadi kanker esofagus. 

Pada penyakit maag atau gastritis fase awal bahkan bisa tidak menimbulkan gejala yang signifikan, hanya muncul rasa tidak nyaman seperti kembung atau mual yang tidak mengganggu. Namun perlahan kondisi tersebut dapat memburuk dan menimbulkan luka, menjadi ulkus lambung dan pada tahap yang sangat parah dapat melubangi lambung (perforasi). 

 

Perbedaan penyakit GERD dan maag 

 

Perbedaan GERD Maag/Gastritis 
Penyebab Kelemahan sfingter esofagus bagian bawah. Peradangan mukosa lambung. 
Faktor risiko Obesitas, kehamilan, hernia hiatal, merokok, konsumsi alkohol dan kafein berlebihan, obat anti nyeri terus menerus Infeksi bakteri (Helicobacter pylori), dan faktor risiko lain mirip seperti GERD. 
Gejala 

Nyeri dada dan rasa panas seperti terbakar, adanya cairan yang kembali dari lambung. 

Pada cairan refluks yang masuk trakea dan paru dapat menimbulkan batuk dan suara parau. 

Nyeri ulu hati, mual, muntah, perut mudah terasa penuh. 
Komplikasi Barret esophagus (peradangan esofagus) dan dapat menyebabkan kanker. Luka (ulkus) lambung hingga perforasi dan kanker lambung. 
Diagnosis Endoskopi untuk melihat peradangan di esofagus dan adanya komplikasi lain. Test bakteri Helicobacter pylori dan endoskopi untuk melihat adanya luka dan komplikasi lain di lambung. 
Terapi Antasida (membuat lambung lebih basa), penghambat pompa proton (proton pump inhibitor) untuk menurunkan produksi asam lambung. 

Antibiotik untuk infeksi Helicobacter pylori

Obat antasida dan proton pump inhibitor dapat mengurangi produksi asam. 

 

PHR

 

Cara pencegahan GERD dan maag 

 

Pencegahan dari kedua penyakit tersebut mirip satu sama lain dan berfokus pada memperbaiki gaya hidup, seperti: 

 

1. Menurunkan berat badan berlebih 

 

Obesitas merupakan faktor risiko pada penyakit ini di mana tekanan tinggi akibat lemak di perut dapat mempermudah timbulnya refluks pada GERD. 

 

Baca Juga: 7 Ciri-Ciri Alergi Susu Formula pada Bayi dan Cara Menanganinya

 

2. Menghindari minuman beralkohol dan kafein berlebihan 

 

Alkohol dapat mengiritasi lambung dan meningkatkan produksi nya. Kafein yang terlalu banyak dapat membuat sifngter esofagus menjadi rileks sehingga tidak dapat menutup sempurna. 

 

3. Hindari makan terlalu banyak dan terlalu malam 

 

Makan dalam porsi besar akan merangsang produksi asam lambung dan membuat lambung terlalu penuh sehingga memicu sebagian cairan untuk kembali. Selain itu pada malam hari orang cenderung tidak banyak beraktivitas dan mendekati jam tidur. Tidak langsung berbaring setelah makan dan beraktivitas ringan 2-3 jam setelahnya dapat membantu mengurangi risiko penyakit ini.

 

4. Mengurangi konsumsi obat anti nyeri 

 

Obat anti nyeri berbasis nonsteroid dapat memperberat gejala GERD maupun maag karena membuat lapisan pelindung lambung menjadi rusak. Mengganti obat sesuai petunjuk dokter dan mengatasi penyebab nyeri merupakan pilihan. Misalnya, pada nyeri sendi akibat asam urat dapat menghindari makanan pencetus dan minum obat untuk menurunkan asam urat tersebut, bukan hanya mengkonsumsi obat anti nyeri untuk meredakan gejala. 

 

Baca Juga: Alergi Makanan pada Bayi: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Penanganannya

 

GERD maupun maag yang tidak teratasi dapat menyebabkan komplikasi yang serius. Mengubah gaya hidup dan memperhatikan pola dan jenis makanan atau minuman merupakan pencegahan yang terbaik. Selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi yang optimal.

Leon

dr. Eduard Leonid

dr.Eduard Leonid

dr. Eduard Leonid adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Penulis saat ini bekerja sebagai dokter tetap di RS SMC Telogorejo Semarang.

  1. Arnarson, A., & Link, R. (2021, November 22). 14 Ways to Prevent Heartburn and Acid Reflux. Healthline. https://www.healthline.com/nutrition/heartburn-acid-reflux-remedies 
  2. Frotingham, S. (2018, September 28). What GERD Risk Factors Should I Know About? Healthline. https://www.healthline.com/health/gerd-risk-factors#1 
  3. Katz, P. O., Dunbar, K. B., Schnoll-Sussman, F. H., Greer, K. B., Yadlapati, R., & Spechler, S. J. (2022). ACG Clinical Guideline for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease. American Journal of Gastroenterology, 117(1), 27–56. https://doi.org/10.14309/ajg.0000000000001538 
  4. Kröner, P. T., Cortés, P., & Lukens, F. J. (2021). The Medical Management of Gastroesophageal Reflux Disease: A Narrative Review. Journal of Primary Care & Community Health, 12, 215013272110467. https://doi.org/10.1177/21501327211046736 
  5. Mayo Clinic. (2022, March 15). Gastritis. Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gastritis/diagnosis-treatment/drc-20355813 
  6. Mayo Clinic. (2022, July). Gastroesophageal reflux disease (GERD). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gerd/diagnosis-treatment/drc-20361959 
  7. Zhang, D., Liu, S., Li, Z., & Wang, R. (2022). Global, regional and national burden of gastroesophageal reflux disease, 1990-2019: update from the GBD 2019 study. Annals of Medicine, 54(1), 1372–1384. https://doi.org/10.1080/07853890.2022.2074535 

Bagikan ke orang terdekat anda

Baca juga :

We will contact you shortly

Thank you for contacting the Carevo team, our team will

immediately contact you with related topics