Selaput otak, yang dalam bahasa medis disebut meninges, merupakan lapisan membran yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Meninges ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu duramater (bagian paling luar yang melekat pada tulang tempurung kepala dan tulang belakang), araknoid (arachnoid, yang merupakan lapisan tengah di bawah dura), dan piamater (lapisan paling dalam yang melekat pada otak dan sumsum tulang belakang). Radang atau inflamasi pada jaringan meninges maupun di cairan otak (cairan serebrospinal) ini disebut meningitis atau radang selaput otak.
Meningitis merupakan penyakit yang serius dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini mendapatkan perhatian serius dari WHO akibat adanya ‘sabuk meningitis’ atau ‘meningitis belt’ yaitu negara-negara di benua Afrika mulai Etiopia sampai dengan Senegal, yang mempunyai angka kejadian meningitis yang sangat tinggi. Epidemi meningitis dapat muncul di area ini setiap 5 sampai 12 tahun dengan rata-rata 1.000 kasus tiap 100.000 penduduk.
Meningitis dapat disebabkan oleh proses infeksi maupun non-infeksi, yaitu:
Meningitis dapat disebabkan mikroorganisme seperti bakteri (Streptococcus, Neisseria meningitidis, Haemophillus, Listeria, Mycobacterium tuberculosis), virus (Echoviruses, coxsackievirus), parasit, dan jamur (Cryptococcus, Aspergillus, Candida) terutama pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah.
Proses non-infeksi yang dapat menyebabkan meningitis antara lain penyakit autoimun, kanker, dan reaksi obat-obatan tertentu, khususnya narkoba.
Baca Juga: Cara Mengolah Daun Saga untuk Radang Tenggorokan
Meningitis mudah menyebar pada orang yang tinggal berdekatan dalam waktu yang lama, terutama di daerah-daerah dengan tingkat kebersihan yang rendah karena kuman penyebabnya mudah dijumpai di daerah tersebut.
Pada dasarnya semua orang mempunyai risiko menderita meningitis, namun beberapa kelompok usia menjadi lebih rentan, khususnya pada bayi baru lahir hingga usia 5 tahun dan lansia karena sistem imun yang kurang baik.
Beberapa kuman penyebab meningitis dapat dijumpai di lingkungan sehari-hai,, namun dengan daya tahan tubuh yang baik, sistem imunitas tubuh dapat melawan infeksi tersebut. Pada orang dengan gangguan sistem imunitas seperti pada HIV/AIDS, pasien kanker yang mendapat kemoterapi, dan pengguna obat-obatan yang menekan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, dapat menyebabkan kuman tersebut tumbuh dan berkembang hingga menimbulkan meningitis.
Kunjungan ke daerah endemis meningitis berpotensi meningkatkan risiko terpapar, sehingga diperlukan tindakan pencegahan khususnya dengan vaksinasi.
Menyuntikan obat terutama narkoba dengan prosedur tidak steril meningkatkan risiko masuknya kuman-kuman ke dalam tubuh dengan lebih cepat.
Gejala-gejala umum yang dapat dijumpai pada meningitis antara lain:
Adanya infeksi kuman di dalam tubuh dapat menyebabkan demam akibat proses peradangan dan aktivasi sistem kekebalan tubuh. Selain itu proses ini juga menyebabkan nyeri kepala yang cenderung berat
Adanya kekakuan leher apabila kepala ditundukkan, yang diakibatkan adanya proses peradangan selaput otak.
Meningitis pada bayi dimana ubun-ubun belum menutup dapat menunjukan gejala meningkatnya tekanan dalam otak yang ditandai adanya benjolan di daerah ubun-ubun besar (menjadi cembung).
Beberapa kasus meningitis dapat menimbulkan bercak kemerahan di kulit yang berukuran kecil hingga meluas di berbagai area tubuh.
Pada kasus meningitis yang berat, peradangan yang terjadi sangat hebat sehingga dapat meningkatkan tekanan di dalam otak yang dapat menyebabkan mual dan muntah yang menyemprot, nyeri kepala hebat, hingga penurunan kesadaran diawali rasa bingung (disorientasi), cenderung tidur hingga koma.
Pemeriksaan utama untuk mendiagnosis meningitis adalah dengan punksi lumbal (LP, lumbar puncture) dimana dokter akan mengambil sedikit cairan otak melalui tulang belakang dan diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan tambahan seperti sampel darah dan imaging seperti CT-scan maupun MRI juga diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab yang lain, seperti tumor otak atau kelainan otak yang lain seperti stroke, perdarahan otak, abses, atau kelainan struktur yang lain.
Tanpa penanganan yang baik, meningitis dapat menjadi fatal dan menyebabkan kematian. Karena itu penanganan sedini mungkin sangat diperlukan, yaitu:
Penyebab meningitis yang cukup sering adalah karena bakteri sehingga penggunaan antibiotik merupakan salah satu kunci sukses penanganannya. Namun karena penyebab meningitis sangat beragam terkadang diperlukan kombinasi beberapa antimikroba selain antibiotik tergantung jenis kuman penyebabnya.
Beberapa obat dapat diberikan untuk meredakan gejala/simptom meningitis seperti obat antidemam dan antinyeri. Pada kasus tertentu dapat diberikan obat antiradang untuk menekan proses peradangan hebat yang terjadi.
Baca Juga: Hydrocephalus: Pengertian, Gejala, dan Cara Menanganinya
Memastikan kondisi jalan nafas dan pola nafas pasien terjaga baik, dan dapat diberikan suplementasi oksigen bila diperlukan, termasuk pemasangan mesin ventilator pada kasus meningitis berat yang menyebabkan penurunan kesadaran dan gagal nafas.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mencegah meningitis, seperti:
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan merupakan cara pencegahan yang efektif untuk kebanyakan penyakit termasuk meningitis.
Saat ini telah tersedia vaksinasi untuk mencegah meningitis seperti vaksin meningococcal, pneumococcal, dan Haemophilus.
Makanan dengan gizi seimbang ditambah dengan olahraga teratur dapat membantu meningkatkan kinerja sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
Leon
dr. Eduard Leonid adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 2011. Penulis saat ini bekerja sebagai dokter tetap di RS SMC Telogorejo Semarang.
Thank you for contacting the Carevo team, our team will
immediately contact you with related topics